Rabu, 28 November 2007
" Abu Zayd Ditolak Umat Islam Riau "
Oleh: Adian Husaini
Pada hari Jumat, 23 November 2007, Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia menerima pernyataan sikap dari MUI Riau tentang penyelenggaraan acara Konferensi Tahunan Studi Islam ke-7 (Annual Conference on Islamic Studies (ACIS) in Indonesia VII) yang tahun ini diselenggarakan di UIN Riau. Pernyataan ini ditandatangani oleh Ketua MUI Riau H. Ridwan Syarif dan sekretaris Umum H. Fajeriansyah Lc.
Judul pernyataan MUI Riau ialah: "Umat Islam Riau Tolak Kehadiran Nasr Hamid Abu Zayd". MUI Riau mempersoalkan mengapa dalam acara tersebut akan diundang Prof. Dr. Nasr Hamid Abu Zayd, ilmuwan Mesir yang divonis murtad oleh Mahkamah di Mesir karena tulisan-tulisannya dinilai melecehkan Al-Quran.
Pihak penyelenggara ACIS, yaitu Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Depag, jauh-jauh hari memang sudah menjadwalkan bahwa Abu Zayd akan datang pada acara tersebut. Harian Berita Kota (20/11/2007), hal 10, mengutip kantor berita Antara, juga memuat sebuah berita berjudul: "4 Pakar Asing Bahas Islam". Disebutkan dalam berita tersebut, bahwa Ditjen Pendidikan Islam Departemen Agama memastikan empat pakar asing bidang keislaman akan menghadiri pertemuan tahunan masalah keislaman atau Annual Conference on Islamic Studies (ACIS) ke-7 di Pekanbaru, Riau, 21-24 November 2007.
"Pembicara internasional yang sudah bersedia hadir adalah Mark Woodward dari Arizona State University, Ronald Lukens Bull dari University of North Florida, Peter Suwarno dari Arizona State University, dan Nasr Hamid Abu Zayd dari Leiden University of Netherlands," kata Direktur Pendidikan Tinggi Islam Departemen Agama Abdurrahman Mas'ud di Jakarta, Senin (19/11).
Demikian berita di koran yang terbit di Jakarta tersebut. Acara itu sendiri telah dibuka secara resmi oleh Menteri Agama, H. Maftuh Basuni pada Rabu (21/11/2007) malam di Hotel Sahid Pekan Baru.
Dalam siaran persnya, MUI Riau menyatakan, bahwa Nasr Hamid Abu Zayd, intelektual Mesir yang divonis murtad di negerinya, telah ditolak kehadirannya oleh umat Islam Riau. Penolakan itu dilakukan oleh MUI Riau bersama sejumlah Ormas Islam lainnya. Abu Zayd sendiri akhirnya batal datang ke acara tersebut. Akan tetapi, dalam pidato sambutan pembukaan ACIS VII, Direktur Pendidikan Tinggi Islam Depag RI, Prof. Dr. Abdurrahman Mas'ud, MA, menjelaskan bahwa Abu Zayd berjanji akan hadir pada acara International Seminar di UNISMA Malang, 26 November 2007.
Karena isinya sangat penting untuk kita cermati, berikut ini kita simak secara lengkap siaran pers MUI Riau tentang Abu Zayd dan penyelenggaran Konferensi Tahunan Studi Islam di Indonesia:
Nasr Hamid Abu Zayd adalah tokoh liberal yang pendapat-pendapatnya sangat ekstrim, sehingga dia divonis murtad oleh Mahkamah Mesir. Dia lalu melarikan diri ke Leiden University. Dari sanalah, dengan dukungan negara-negara Barat, dia mulai mendidik beberapa dosen UIN/IAIN. Beberapa muridnya sudah kembali ke Indonesia dan menduduki posisi-posisi penting di UIN/IAIN.
Di Indonesia, para penghujat Al-Quran di kampus-kampus UIN/IAIN hampir selalu menjadikan Abu Zayd sebagai rujukan. Dalam hasil penelitiannya terhadap perkembangan paham-paham keagamaan Liberal di sekitar kampus UIN Yogyakarta, Litbang Departemen Agama menulis:
"Al-Quran bukan lagi dianggap sebagai wahyu suci dari Allah SWT kepada Muhammad saw, melainkan merupakan produk budaya (muntaj tsaqafi) sebagaimana yang digulirkan oleh Nasr Hamid Abu Zaid. Metode tafsir yang digunakan adalah hermeneutika, karena metode tafsir konvensional dianggap sudah tidak sesuai dengan zaman. Amin Abdullah mengatakan bahwa sebagian tafsir dan ilmu penafsiran yang diwarisi umat Islam selama ini dianggap telah melenggengkan status quo dan kemerosotan umat Islam secara moral, politik, dan budaya. Hermeneutika kini sudah menjadi kurikulum resmi di UIN/IAIN/STAIN seluruh Indonesia. Bahkan oleh perguruan tinggi Islam dinusantara ini hermeneutika makin digemari." (Lebih lengkap tentang kekeliruan pemikiran Abu Zayd bisa dilihat dalam buku "Al-Qur'an Dihujat", karya Henri Shalahuddin, MA (GIP, Jakarta: Mei 2007).
MUI Riau bersama MUI pusat saat ini telah menghimpun data-data pelecehan dan penghujatan Al-Quran di lingkungan UIN/IAIN. Bahkan, di IAIN Surabaya, gugatan terhadap Al-Quran sebagai Kitab Suci pernah menghebohkan, ketika seorang dosen di sana, secara sengaja menginjak lafaz Allah yang ditulisnya sendiri. Ia ingin membuktikan bahwa Al-Quran bukanlah kitab suci, tetapi merupakan hasil budaya manusia. Kata dosen tersebut: "Sebagai budaya, posisi Al-Quran tidak berbeda dengan rumput." (Majalah GATRA, 7 Juni 2006).
Karena itulah, MUI Riau sangat berkeberatan dengan kehadiran orang-orang seperti Abu Zayd dan antek-anteknya yang secara jelas-jelas telah begitu melecehkan Kitab Suci Al-Quran. Pola pikir orientalis Yahudi-Kristen sangat mewarnai tulisan-tulisan di berbagai jurnal, tesis, buku, dan artikel-artikel para penghujat Al-Quran tersebut.
Dalam acara ACIS VII ini pun, sekali pun Abu Zayd tidak datang, tetapi buku karya murid keakungannya, yaitu Dr. M. Nur Kholis Setiawan (dosen UIN Yogyakarta, yang disertasinya diterbitkan dengan judul "Al-Quran Kitab Sastra Terbesar") yang berjudul "Orientalisme, Al-Qur'an dan Hadis", telah diproyekkan untuk dibagikan kepada semua peserta ACIS VII. Yang menjadi pertanyaan kemudian, "Apakah relevansinya bagi kemajuan studi Al-Quran di Indonesia sehingga buku Nur Kholish itu dijadikan proyek untuk dimiliki semua peserta?"
Adalah aneh, jika sosok Abu Zayd yang jelas-jelas menghina dan menghujat Al-Quran dan Imam Syafii dalam berbagai karyanya justru dipromosikan pemikirannya oleh Departemen Agama RI. Lebih aneh lagi, pihak panitia ACIS sama sekali tidak menghadirkan pembicara yang mampu mengkritik pemikiran Abu Zayd. Padahal, dalam semboyannya ditulis: "ACIS: Barometer Perkembangan Studi Keislaman di Indonesia".
MUI Riau memandang aneh dengan semboyan ACIS tersebut, mengingat, selain Abu Zayd, pembicara dari luar negeri yang diundang oleh panitia, tidak ada satu pun yang dikenal oleh umat Islam sebagai ulama-ulama terkemuka, tetapi justru para orientalis Barat dan orang non-Muslim. Mereka adalah: Prof. Mark Woodward, Ph.D., Prof. Ron Lukens Bull, Ph.D., dan Prof. Peter Suwarno, Ph.D yang diundang untuk berbicara tentang Islam.
Prof. Peter Suwarno, Ph.D yang saat ini menjabat sebagai associate director of the School of International Letter and Cultures at Arizona State University USA, di awal presentasinya mengatakan bahwa dia bukan ahli agama dan tidak tahu banyak tentang Islam. Dia memang dikenal kedekatannya dengan Prof. Abdurrahman Mas'ud yang sering berkunjung ke Arizona., Peter menamatkan S1-nya di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Para pembicara seperti itukah yang dikatakan akan dijadikan sebagai "BAROMETER STUDI ISLAM DI INDONESIA?"
Disamping itu, diantara tema-tema yang dibincangkan adalah isu utama dalam paham liberalisme di bidang keagamaan, baik yang dipaparkan secara halus maupun kasar. Di antara tema-tema yang disetujui untuk dilombakan dalam debat di acara pekan ilmiah mahasiswa dalam rangkaian kegiatan ACIS VII adalah sebagai berikut:
Formalization of Syariah as the Real Enemy of Democracy (=Formalisasi Syariah sebagai Musuh Nyata Demokrasi)
Ranjau Formalisasi Syariat
Mendamaikan Syariat Islam dengan demokrasi Pancasila
Pancasila dalam kepungan formalisasi Syari'ah Islam.
Menolak Poligami: ditinjau dari berbagai pendekatan
Pembaharuan Hukum Islam dalam konteks keindonesiaan merupakan suatu keharusan
Benarkah poligami sebagai sunah nabi?
Ditilik dari tujuannya, sebenarnya ACIS merupakan acara yang bertujuan mulia. ACIS VII ini mengusung tema utama: "Konstribusi ilmu-ilmu keislaman dalam menyelesaikan masalah-masalah kemanusiaan pada millenium ketiga". Dalam pelaksanaannya, tema utama tersebut dirinci dalam lima bidang yang mencakup: a) Islam, politik dan ekonomi global. b) Islam dan masalah hak asasi manusia (HAM). c) Islam dan masalah pendidikan global. d) Islam dan hegemoni budaya global. e) Islam dan masalah kesehatan, lingkungan, dan perkembangan IPTEK.
Oleh sebab itu, harusnya, pihak Depag dan panitia berembuk dengan ulama-ulama Islam lainnya untuk menyusun acara. Bukan malah menghadirkan para pembicara yang sudah dikenal sebagai tokoh-tokoh Liberal, baik di Indonesia maupun di dunia internasional.
Sebagai lembaga pemerintah, harusnya Depag berpikir lebih serius dalam mengembangkan studi Islam di Indonesia, demi kemaslahatan umat dan bangsa Indonesia. Dalam hal pengembangan pemikiran liberal, sikap MUI sudah jelas melalui fatwanya no. 7/MUNAS/MUI/II/2005 yang mengharamkan penyebaran paham liberal di Indonesia. Juga, pemikiran yang meragu-ragukan keotentikan Al-Quran, oleh MUI dimasukkan ke dalam salah satu kriteria ajaran/aliran sesat.
Demikianlah pernyataan sikap MUI Riau.
Membaca pernyataan MUI Riau tersebut, kita tentu bertanya-tanya, akan dibawa kemanakah studi Islam di Indonesia? Akan dibawa kemanakah institusi-institusi pendidikan tinggi Islam? Jika ingin meningkatkan studi Islam, mengapa yang diundang orang-orang seperti Nasr Hamid Abu Zayd? Sama dengan MUI Riau, kita juga patut heran, mengapa panitia mengedarkan buku murid keakungan Abu Zayd di Indonesia, yaitu Dr. Nur Kholish Setiawan?
Sekedar mengingatkan kita, bahwa Nur Kholish Setiawan adalah alumnus Bonn University yang memberi kata pengantar untuk buku "Menggugat Otentisitas Wahyu Tuhan" karya Aksin Wijaya, alumnus UIN Yogya yang kini menjadi dosen di STAIN Ponorogo. Di dalam kata pengantarnya untuk buku yang menggugat keotentikan Al-Quran tersebut, Dr. Nur Kholish menulis:
"Buku yang diberi judul "Menggugat Otentisitas Wahyu Tuhan: Kritik Atas Nalar Tafsir Gender" karya Aksin Wijaya yang ada di tangan pembaca ini merupakan model kegelisahan "baru" akan dominasi nalar Arab dalam teks keagamaan, dalam hal ini Al-Quran. Dikatakan "kegelisahan baru" mengingat pikiran-pikiran yang dilontarkan turut "mempermasalahkan" mushaf Utsman yang oleh sebagian besar pengkaji Al-Quran justru tidak lagi dipermasalahkan. Sederet pemikir kontemporer seperti Amin al-Khuli, Fazlur Rahman, Hassan Hanafi, Nasr Abu Zayd, Abdul Karim Shooush, dan Muhammad Syahrur, misalnya, degan seabrek tawaran metodologis serta pemikiran kritis lainnya tentang Al-Quran, justru tidak menyinggung mushaf Utsman sebagai korpus yang pantas "digugat", meski sebenarnya mereka menggakui proses kodifikasi masa Utsman tersebut sejatinya bisa menimbulkan pertanyaan."
Dengan tulisan tersebut sebenarnya telah jelas dimana posisi Nur Kholish Setiawan. Kita tentu tidak apriori dengan semua pemikiran yang datangnya dari luar. Hanya saja, sebagaimana MUI Riau, jika yang kita inginkan adalah mengembangkan wacana keislaman yang sehat, mengapa yang diundang adalah pembicara-pembicara dari Barat? Kita berharap, pihak Departemen Agama lebih berhati-hati dalam menyelenggarakan acara penting seperti ini. Departemen Agama harusnya bertugas mengawal dan mengembangkan pendidikan dan pemikiran Islam yang benar. Begitu juga kampus-kampus Islam yang di bawah tanggung jawabnya.
Betapa memilukan, jika Departemen Agama ikut-ikutan mengembangkan dan menyebarkan pemikiran-pemikiran yang menghujat keotentikan Al-Quran. Mudah-mudahan para pejebat Departemen Agama segera menyadari kekeliruan yang mendasar ini. Kita bersyukur dengan langkah-langkah pembenahan haji dan pemberantasan korupsi yang dilakukan Menteri Agama Maftuh Basyuni. Mudah-mudahan masalah pemikiran Islam ini juga mendapat perhatian serius, sebab hal ini terkait dengan masalah iman, masalah yang paling mendasar dalam Islam, masalah yang jauh lebih penting dibandingkan dengan masalah manajemen haji. Wallahu a'lam.[Depok, 23 November 2007/www.hidayatullah.com]
Fwd: [Republika Online] Kekuatan Baru Penentang Darwin
Kekuatan Baru Penentang Darwin irf Bertahun-tahun, Harun Yahya berada di barisan pertama orang-orang yang gigih mengimbangi `doktrin' evolusi Darwin. Puluhan buku ditulis ilmuwan asal Turki ini untuk memberi sudut pandang yang lain tentang penciptaan makhluk hidup. Buku terkenal pengimbang evolusi karya pria yang nama penanya merupakan gabungan dua nama nabi, yakni Harun dan Yahya, itu adalah Keruntuhan Teori Evolusi. Berbagai buku lain yang kemudian ditulis Harun Yahya ini arahnya selalu memberi perspektif yang berlawanan dengan teori Darwin. Dengan diterjemahkannya buku-buku itu ke dalam berbagai bahasa membuat pengaruh Harun Yahya menjadi sangat besar. Usaha keras Harun Yahya ini untuk membuktikan bahwa makhluk hidup yang ada di dunia ini hadir karena ada yang menciptakan, yakni Sang Khalik. Sementara, aliran evolusi menganggap bahwa makhluk hidup di dunia ini hadir begitu saja. Teori Darwin meniadakan peran Sang Khalik dalam penciptaan makhluk hidup. Harun Yahya sangat yakin teori Darwin itu didukung oleh kekuatan besar bernama filsafat materialisme. Aliran filsafat ini hanya percaya pada hal-hal yang bersifat materi dan tidak memercayai hal-hal gaib. Secara tidak langsung, aliran ini berusaha kuat membuat manusia tidak memercayai keberadaan Tuhan. Kini Harun Yahya tak lagi sendirian. Sudut pandang lain tentang penciptaan tidak lagi menjadi monopoli aliran evolusi. `Teman' terbaru Harun Yahya adalah sekelompok ilmuwan di AS. Mereka berjumlah lima orang yang bersama-sama menulis buku berjudul Explore Evolution: The Argument For and Against Neo-Darwinism. Secara umum, buku ini memberi penjelasan tentang penciptaan secara lebih adil. Selain memaparkan penjelasan Darwin tentang evolusi, buku ini juga menampilkan pemikiran dari orang-orang yang tidak memercayai teori tersebut. Sebagian chapter buku ini ditampilkan di situs resmi buku tersebut, www.exploreevolution.com. Ilmuwan yang terlibat dalam penulisan buku ini adalah Stephen C Meyer. Dia menyelesaikan program Ph D bidang filsafat ilmu di Universitas Cambridge. Disertasi doktoralnya berjudul 'Sejarah Kehidupan, Struktur Logika Argumentasi Darwin dan Metodologi Sejarah Ilmu'. Ilmuwan lainnya adalah Scott Minnich, associated professor bidang mikrobiologi di Universitas Idaho. Tiga pakar lain yang juga terlibat dalam penulisan buku yang memberi pandangan kritis terhadap teori Darwin adalah Jonathan Moneymaker, Paul A Nelson, dan Ralph Seelke. Jonathan adalah penulis lepas untuk tema-tema sains, Paul adalah doktor bidang filsafat biologi dan teori evolusi di University of Chicago, dan Ralph adalah doktor bidang mikrobiologi di Universitas Minnesota. Lima hal penting yang dibahas dalam buku tersebut menyangkut mutasi, seleksi alam, fosil, anatomi, dan embrio. Kelimanya memang tema yang juga penjadi pokok bahasan Darwin. Selain dijelaskan dari sudut pandang teori evolusi, kelima hal tersebut juga diberi pandangan kritis dari kalangan yang meyakini teori Darwin itu salah. Buku ini telah diujicobakan di berbagai lembaga pendidikan di AS. Umumnya memberi sambutan positif terhadap karya tersebut. Kalangan pendidikan menganggap buku ini cukup adil dan kritis dalam memaparkan teori tentang asal-usul kehidupan. Seorang profesor bidang bakteriologi dari Universitas Bristol, Alan H Linton, dalam situs resmi buku tersebut mengungkapkan buku tersebut amat membantu mahasiswa meneliti asal mula kehidupan. ''Hal yang menarik dari buku ini adalah disajikannya pandangan yang berbeda dengan adil,'' ungkap dia. Selain kelima ilmuwan yang menulis buku tersebut, barisan yang ingin mengimbangi teori Darwin ini juga diperkuat sejumlah anggota legislatif di Utah, AS. Pada Februari 2006, lembaga legislatif di negara bagian tersebut mengadakan pemungutan suara untuk menetapkan aturan tentang diizinkannya penyebaran pandangan kalangan yang tidak memercayai teori Darwin. Sayang, anggota parlemen negara bagian tersebut yang setuju dengan aturan tersebut kalah banyak dengan kalangan yang menolaknya. Seperti ditulis situs New York Times, anggota yang mendukung aturan tersebut berjumlah 28 orang, dan yang menentangnya 46 orang. ''Teori Darwin tidaklah lebih legitimate dibanding pandangan yang menganggap bahwa Tuhanlah yang menciptakan semua makhluk di alam ini,'' ungkap Colic seperti ditulis situs bbc online. Dia pun menyarankan agar para guru biologi di negaranya melompati bab tentang teori Darwin hingga kurikulum baru yang lebih fair dalam memandang teori evolusi disusun.
Berita ini dikirim melalui Republika Online http://www.republika.co.id Berita bisa dilihat di : http://www.republika.co.id/Cetak_detail.asp?id=305254&kat_id=3 |
--
Jazakumullahu khairan, Wassalamu 'alikum warahma.
Sabtu, 17 November 2007
Fwd: PEJUANG-PEJUANG KEBENARAN ADALAH PENYELAMAT (Bah. 2)
<hapiza69@...> wrote:
Assalamualaikum saudara, saudari yang dihormati
sekelian semuga sentiasa di dalam rahmat dan keredhaan
Allah
Bismillahirrahmanirrahim.
Mari kira sambung lagi perbincangan yang bertajuk
Pejuang-Pejuang Kebenaran Adalah Penyelamat.
Jadi, tujuan perjuangan yang pertama iaitu hendak
selamatkan aqidah umat dari berTuhankan selain Allah
kepada orang berTuhankan Allah.Daripada orang takutkan
selain Allah kepada takutkan Allah.Daripada cintakan
selain Allah kepada cintakan Allah. Inilah yang
pertama dan utama.
Perjuangan kebenaran yang kedua, menyelamatkan akhirat
manusia.Daripada manusia yang cintakan dunia,
mengutamakan dunia, kepada yang utamakan akhirat dan
cintakan akhirat. Selepas Tuhan kempen dan promosi
sungguh-sungguh diri-Nya, Tuhan promosi pula
akhirat-Nya. Bagaimana hebat akhirat-Nya. Sama ada
tentang nikmatnya memang sangat hebat. Kalau kita baca
ayat-ayat Al Quran, diantaranya banyak menunjukkan
Tuhan mempromosikan akhirat daripada dunia. Diantara
yang Tuhan promosi, akhirat lebih utama, lebih baik
dan lebih kekal.Itu diantara yang Tuhan kempen supaya
orang utamakan akhirat dan cinta akhirat.
Tuhan memberitahu bahawa: selepas engkau hidup, engkau
akan dimatikan dan selepas itu engkau akan
dipersoalkan. Ada 4 tahap yang akan engkau lalui
iaitu:
1.Alam mati
2.Alam barzah
3.Alam padang masyar
4.Alam akhirat
Hingga Tuhan beritahu bahawa tidak ada harga dunia
ini. Dalam hadis Tuhan menceritakan dengan menggunakan
lidah Rasulullah, dunia dan segala isinya ini harganya
sama dengan sayap nyamuk.Hebatkah dunia itu? Kalau
seperti itulah harga dunia, Aku tidak berikan orang
kafir makan.Siapa yang engkar menentang, Aku takkan
beri makan. Tetapi kerana Aku pandang dunia ini tidak
sebesar sayap nyamuk pun harganya.Tuhan kempen betapa
hinanya dunia. Tidak ada nilainya dunia. Kalau ada
harga setimbang sayap nyamuk pun siaplah. Orang kafir
pun tidak akan diberi makan. Orang derhaka pun tidak
akan diberi makan kerana kederhakaannya. Tetapi kerana
dunia tidak ada harga disisi Allah, Tuhan kata
ambillah.Begitu Tuhan kempen hendak bandingkan dunia
dan akhirat. Tidak ada harga langsung dunia ini jika
dinisbahkan dengan akhirat. Hinggakan Tuhan beritahu,
bandingkan dunia dan akhirat macam kita hidup 1 jam
sahaja di dunia.
Katakan kita hidup di dunia selama 1000 tahun, di
akhirat rupanya hidup 1 jam sahaja di dunia. Kerana
satu jam hendak masuk neraka? Hidup 1 jam hendak
dipertahankan? Sampai kita derhaka dan lalai dengan
Tuhan? Hingga sanggup kekal abadi dalam neraka? Ini
manusia bodoh dan tidak boleh berfikir kerana
mempertahankan hidup satu jam. Itu kalau hidup 1000
tahun.
Selalunya kita hidup setakat 50 tahun jadi berapa jam
pula di akhirat? Mungkin 1 minit hidup. Begitulah
Tuhan kempen. Begitu orang-orang Tuhan kempen. Inilah
penyelamat. Sebab manusia telah cintakan dunia.
Besarkan dunia. Tidak besarkan akhirat. Cinta
lebih-lebih lagilah tidak.
Oleh kerana cinta dunia, sanggup bergaduh dan jatuh
menjatuhkan. Sanggup fitnah memfitnah.Kerana cinta
dunia, sanggup berpecah belah, hilang kawan dan bunuh
berbunuhan. Datang penyelamat dan datang
pejuang-pejuang Tuhan, hendak betulkan fikiran ini.
Daripada cinta dunia kepada akhirat. Daripada
mengutamakan dunia kepada mengutamakan akhirat. Begitu
kempen Tuhan. Begitu orang-orang Tuhan kempen. Tetapi
kebanyakan manusia dengar hujung-hujung telinga saja.
Tetapi bila disebut keindahan dunia, masuk semua akal,
hati dan nafsu. Oleh itu manusia yang mengutamakan
dunia dan cinta dunia, dunia sudah huru-hara. Bila
huru-hara, itulah neraka sebelum neraka.
Bagi pejuang-pejuang kebenaran, yang kedua ialah
hendak membuatkan manusia cintakan akhirat lebih dari
cintakan dunia. Begitu juga pejuang-pejuang kebenaran
sepanjang masa dan zaman, datang ke tangan umatnya,
kaumnya, puaknya dan masyarakatnya hendak
menyelamatkan huru-hara hidup kepada hidup selamat,
aman damai, berkasih sayang, bersatu padu, orang kaya
tolong orang miskin, yang miskin doakan orang kaya,
pemimpin menaungi dan rakyat pula taat, jiran
berbaik-baik macam satu keluarga. Seolah-olah jiran
pula keluarganya juga. Supaya aman damai rumahtangga.
Berkasih sayang sesama anak isteri. Supaya ekonomi
berjalan baik, politik berjalan dengan baik, maka
Tuhan datangkan penyelamat.
Tuhan datangkan penyelamat untuk membawa syariat
Tuhan, promosi Tuhan supaya s dengan syariat itu hidup
aman damai, kasih sayang, harmoni, bahagia kerana
syariat Tuhan saja boleh menyatukan orang,
menghidupkan kasih sayang, hidup bekerjasama, hormat
menghormati, berperikenausiaan, aman damai dalam
keluarga, aman damai dalam masyarakat dan dalam
kehidupan.
Jadi pejuang-pejuang kebenaran mempromosi syariat
suoaya syariat menjadi ilmu yang dihayati dan
diapplykan dalam kehidupan. Maka itulah jalan selamat
yang mana selama ini tidak selamat akan jadi selamat
setelah pejuang-pejuang kebenaran promosi Tuhan. Itu
yang ketiga. Tetapi adakah itu berlaku?
Kalau adapun sedikit sangat. Sebaliknya hendak
pejuangkan hudud. Hudud itu habuk daripada keseluruhan
syariat.((Saya(hapiza) nak mencelah sedikit kerana ini
agak sensitif pada sesetengah org, tetapi lapangkan
dada dan dengarlah suara hati untuk memahaminya ;
maksud di sini adalah : terlalu kecil jika
dibandingkan dengan keseluruhan syariat, ini supaya
kita pandai meletakkan mana yang lebih prioriti dari
yg kurang prioriti)). Padahal syariat itu khazanah,
himpunan ilmu dan merupakan peraturan, disiplin hidup
dan sistem hidup. Kalau diamalkan manusia boleh buat
syurga sebelum syurga yang hakiki. Inilah penyelamat.
Penyelamat yang telah membuatkan manusia daripada
huru-hara kepada aman damai dan berkasih sayang. Jadi
kena promosi Tuhan sepanjang masa.
Begitu juga, pejuang-pejuang kebenaran sepanjang masa
datang menyelamatkan umat tentang akhlak. Daripada
akhlak yang jahat kepada akhlak yang baik.Daripada
akhlak yang hina kepada akhlak yang mulia. Daripada
akhlak yang setaraf dengan haiwan kepada akhlak yang
bertaraf malaikat. Inilah tugas pejuang-pejuang
kebenaran sepanjang zaman. Menguruskan akhlak manusia,
daripada bakhil kepada pemurah. daripada sombong
kepada tawadhuk. Daripada ingin glamour kepada
menghinakan diri kepada Allah. Daripada rasa benci dan
suka perjudis dengan manusia datang rasa kasih sayang.
Inilah penyelamat iaitu tahap keempat. Soal-soal lain
seperti makan minum, tempat tinggal atau pakaian,
Tuhan tidak ambil pusing sangat.
Bahkan soal-soal ini, kadang-kadang Tuhan katakan
contohnya, seorang itu miskin, jadi kalau penyelamat,
tunjukklah jalan untuk kaya.Tetapi kadang-kadang Tuhan
kata sabarlah.
Tentang hal yang remeh-temeh, Tuhan bukan suruh
perjuangkan supaya jadi kaya tetapi Tuhan kata
sabarlah.
Contohnya kalau sakit, bukankan teruk?Sepatutnya
perjuangkan Hospital atau Tuhan suruh orang-orang-Nya
perjuangkan kesihatan. Sebaliknya apa yang Tuhan pesan
kepada orang-orang-Nya ialah sakit itu pahala, Tuhan
redha dan Tuhan sayang. Sakit itu kerana Tuhan hendak
tinggikan darjat di syurga.
Jelas bahawa hal yang remeh-temeh Tuhan tidak suruh
tukar. Yang awal tadi mesti ditukarkan. Disuruh
promosikan sungguh-sungguh, terbalikkan betul-betul,
dari atas kebawah, dari bawah ke atas.Tetapi yang
remeh-temeh, Tuhan suruh sabar. Kalau sakit, sabarlah
kerana itu tanda Tuhan sayang. Miskin pula dikatakan
kasih sayang. Mana ada perjuangan begini? Berapa
banyak parti Islam diseluruh dunia, yang mereka hendak
selesaikan ialah makan minum.
Kata mereka, kalau kami berkuasa, kami hendak berusaha
kayakan orang. Kalau kami berkuasa kami hendak
selesaikan hidup orang. Apa maksud itu semua? Benda
yang remeh temeh yang diperjuangkan. Mana dunia tidak
haru-biru? Macam mana tidak jadi neraka dunia? Jelas
disini yang perkara utama dilupakan. Kalau
memperjuangkan ideologi, itu kita tidak fikirkan
kerana mereka menempah neraka. Memang mereka fikirkan
dunia semata-mata. Yang kita persoalkan ialah yang
memperjuangkan Islam. Sama saja dengan orang ideologi
berjuang. Yang diperjuangkan adalah makan minum,
tempat tingal dan benda yang remeh temeh, itu yang
dibesar-besarkan.
Jadi pejuang-pejuang kebenaran memperjuangkan 4
perkara iaitu:
1Aqidah
2.Akhirat
3.Syariat
4.Akhlak
Kalau ada orang yang hendak marah bila
pejuang-kebenaran kebenaran mempromosikan Tuhan, itu
adalah Firaun atau Namrud akhir zaman. Hakikatnya
pejuang kebenaran adalah orang Tuhan yang hendak
menyelamatkan manusia.
Cukup dulu kali ini, segala yang baik itu datangnya
dari Allah dan segala kekurangan adalah dari kelemahan
dari saya sendiri.
Sekian. Wabihi wallahualam.
Fwd: APA PERANAN TUHAN
Faham sekular telah memisahkan hamba-hamba dengan
TuhanNya
Sekalipun dia pelajar agama
Walaupun percaya dengan adanya Tuhan
Tapi tidak kenal Tuhan siapa sebenarnya Tuhan
Apa peranan Tuhan
Mereka tidak tahu apa perlunya kepda Tuhan
Kalaupun mereka tahu bahawa Tuhan itu hanya mengazab
dan menghukum
Mereka tidak tahu bahawa Tuhan itu Maha Pemurah,
Maha Berkuasa, Penjaga dan Pelindung
Meraka tidak faham bahawa Tuhan itu Pemimpin
Idola yang patut ditakuti, disembah, dicintai dan
disanjung
Bahkan mereka tidak faham bahawa Tuhan itu adalah
Rafiqul `Ala
Kawan sejati yang sangat setia serta membela
Mereka tidak faham bahawa Tuhan itu adalah
segala-galanya
Kalaulah mereka faham siapa sebenarnya Tuhan
Meraka akan jadikan Tuhan sebagai kawan
Kawan yang dicintai, disanjung dan dipuja
Mereka rasa perlu dan bahagia bersama Tuhan
Tuhan akan dibawa ke mana-mana
Tuhan akan dibawa di waktu rehat
Diwaktu susah dan senang
Diwaktu bermukim dan bermusafir
Diwaktu tidur dan baring
Diwaktu sibuk dan bekerja
Hinggakan rasa berTuhan tidak lekang dari jiwa
Dimasa yang sama rasa kehambaan begitu subur di dalam
hatinya.
Fwd: # îLhåmkû # Perangai hantu dalam lauk
GELAGAT SYAITAN DI MAJLIS KENDURI
Menurut apa yg diceritakan oleh Tok Dahaman, suatu hari katanya, dia
bersama isterinya berjalan hendak kenduri kahwin dihujung kampung.
Malangnya, ketika itu hujan turun dengan lebatnya. maka terpaksalah
mereka menunggu hujan berhenti. Apabila hujan reda, ketika itu jam
menunjukkan pukul 1.00 tghhari. tiba di suatu simpang jalan, mereka
terdengar suara tangisan kanak-kanak.
Setelah dilihat sekeliling, didapati 3 orang kanak-kanak tanpa pakaian
menangis di tepi sebatang pokok besar yang telah tumbang. Kata Tok
Dahaman, dia sungguh hairan, siapa pula yg meninggalkan anak dalam
keadaan begitu?
Tetapi, dia mula syak bahawa budak-budak tiu bukanlah manusia biasa
kerana didapatinya mereka berkepala botak, berperut buncit, mata besar
dan telinganya pula capang dan tajam. Sementara jari-jari tangannya
amat panjang begitu juga jari kaki. Walaubagaimanapun, Tok Dahaman
bertanya juga apa sebab mereka menangis di tepi jalan.
Menurut salah satu drpd budak2 itu, rumah mereka telah runtuh
disebabkan oleh hujan yg amat lebat sebentar tadi.
Tok Dahaman bertanya dimana rumah...? Mereka pun menunjukkan kepada
pokok besar yang tumbang itu. Sudah sah lah yg budak-budak itu adalah
anak jin atau syaitan, jelas Tok Dahaman.
Menurut Tok Dahaman, anak-anak syaitan itu telah meminta dia untuk
memberitahu kepada ibu bapa mereka yang berada di rumah kenduri tentang
perihal rumah mereka yg telah runtuh itu. Akan tetapi, Tok Dahaman
menjelaskan kepada budak-budak itu bahawa dia tidak mungkin dapat
mencari ibu bapa mereka kerana syaitan tidak dapat dilihat oleh
manusia dengan pandangan mata kasar.
Lantas, anak syaitan itu memberi sedikit minyak untuk disapu di kening.
Menurut anak syaitan itu lagi, minyak itu membolehkan pandangan
terhadap benda-benda hijab dibuka. Ayah syaitan tersebut dapat
dikenalpasti kerana dia menggantung tengkorak kecil di leher manakala
ibu mereka memakai tulang ayam bersilang di rambutnya.
Anak syaitan tersebut berpesan meminta ibu bapa mereka pulang dengan
segera kerana rumah mereka runtuh dan mereka di dalam kesejukan.
Cerita Tok Dahaman lagi, ketika sampai di rumah kenduri, dia dan
isterinya pun memakai minyak tersebut. Tok Dahaman kemudian menyuruh
isterinya mencari syaitan betina di atas rumah sedang dia sendiri
mencari syaitan jantan di tempat org lelaki.
Sebaik sahaja minyak tersebut di sapu di kening, mereka lihat begitu
banyak syaitan bercampur gaul dgn org ramai.
Ada sebahagiannya sibuk ditempat memasak, mengganggu di kawah gulai
dgn memasukkan berbagai jenis najis ke dalam segala masakan (kerana
org yg memasak tidak membaca Bismillah...), syaitan-syaitan tersebut
ada yg meludah, membuang air kecil dan besar ke dalam piring dan
mangkuk...Ada juga yg muntah ke dalam makanan,ada yang bergayut di
bahu, duduk di kepala dan riba manusia.
Tok Dahaman dan isterinya yang memandang suasana itu menjadi tidak
tergamak untuk makan org ramai pada hari itu menjadi hairan melihat
kelakuan Tok Dahaman pada hari itu.
Menurut Tok Dahaman dia amat sukar untuk berjalan kerana terpaksa
mengelak daripada berlanggar dengan syaitan kerana syaitan lebih sibuk
mengalahkan manusia di rumah kenduri.
Setelah sibuk mencari, akhirnya jumpa lah dia dgn bapa syaitan tersebut.
Ketika itu, syaitan tersebut sedang makan dgn gelojohnya. Tok Dahaman
pun bertempik kepada syaitan tersebut serta memberitahu kepada syaitan
tersebut bahawa rumahnya telah runtuh. Syaitan tersebut sangat
terperanjat dan bertanya bagaimana Tok Dahaman boeh melihat syaitan.
Apabila mendengar penjelasan Tok Dahaman, syaitan tersebut pun berlari
pulang sambil memijak kepala orang ramai. Bagi pihak perempuan pula,
keadaan lebih kecoh. Menurut isteri Tok Dahaman, ramai sungguh syaitan
betina yang sama-sama makan kenduri dengan org perempuan bahkan di
bahagian perempuan keadaan lebih teruk lagi kerana syaitan betina ada
yg membawa anak mereka.
Kerenah anak-anak syaitan ini memang tidak dapat dikawal oleh ibu bapa
mereka. mereka melompat dari satu talam ke satu talam sambil mencapai
makanan dari pinggan atau tangan orang. Ada yg membuang air kecil
sambil bergayut di jendela rumah
Akhirnya ibu syaitan tersebut ditemui oleh isteri Tok Dahaman di bilik
pengantin sedang bersolek bersama-sama pengantin perempuan Isteri Tok
Dahaman mengenalinya berdasarkan tulang ayam yang bersilang dirambut
yang kotor dan berbau busuk itu. Rupa syaitan betina tersebut sgt
menggerunkan.
Keadaan mejadi kecoh kerana orang ramai melihat isteri Tok Dahaman
bercakap dengan cermin tempat bersolek.
Untuk sehari itu, letihlah mulut mereka menjelaskan kepada orang ramai
tentang sebab keanehan sikap mereka pada hari itu, terpulanglah orang
mahu percaya atau tidak. Begitulah hal nya, keadaan syaitan yang
sungguh menjijikkan jika kita tidak menyebut nama Allah ketika hendak
makan.
Sebelum makan, sebut lah nama Allah...atau sekurang-kurangnya bacalah
BISMILLAH.....
DIPETIK DRP MAJALAH IKTIBAR, EDISI PENGENALAN, CETAKAN PERTAMA 1999.
Wallahualam
MORAL OF THE STORY;
APABILA KITA MELAKUKAN SESUATU MULAKAN DENGAN UCAPAN BISMILLAH...
--- End forwarded message ---
Fwd: # îLhåmkû # Ditimpa bala akibat 15 jenis maksiat
DARIPADA Saidina Ali bin Abi Thalib ra Rasulullah bersabda:
"Apabila umatku membuat 15 perkara, maka bala pasti akan turun kepada
mereka iaitu:
1. Apabila harta negara hanya beredar pada orang tertentu.
2. Apabila amanah dijadikan suatu sumber keuntungan.
3. Zakat dijadikan hutang.
4. Suami memperuntukkan kehendak isteri.
5. Anak derhaka terhadap ibunya.
6. Sedangkan ia berbaik-baik dengan kawannya.
7. Anak suka menjauhkan diri daripada ayahnya.
8. Suara ditinggikan di dalam masjid.
9. Orang menjadi ketua bagi satu kaum adalah orang yang terhina di
antara mereka.
10. Seseorang dimuliakan kerana ditakuti kejahatannya.
11. Khamar (arak) sudah diminum di merata tempat.
12. Kain sutera banyak dipakai (oleh kaum lelaki).
13. Artis disanjung-sanjung.
14. Muzik banyak dimainkan.
15. Generasi akhir umat melaknat (menyalahkan) generasi pertama (sahabat).
"Maka pada ketika itu hendaklah mereka menanti angin merah atau gempa
bumi ataupun mereka akan diubah menjadi makhluk lain."
Sucikanlah 4 hal dengan 4 perkara :
"Wajahmu dengan linangan air mata keinsafan,
Lidahmu basah dengan berzikir kepada Penciptamu,
Hatimu takut dan gementar kepada kehebatan Rabbmu,
..dan dosa-dosa yang silam di sulami dengan taubat kepada Dzat yang
Memiliki mu."
"sampaikanlah walau satu ayat" al hadis
- LAA HAULAWALA QUWWATAILLA BILLAH -
--- End forwarded message ---
Fwd: Mencari tema unggul dpd keunggulan surah2 al-Qur'an
ANDA barangkali lebih mengenali Al-Maududi berbanding Amin Ahsan
Islahi. Islahi sebenarnya sebelum ini merupakan orang kuat nombor dua
kepada gerakan Jami'at Islami Pakistan selepas Al-Maududi. Tak dapat
dinafikan, ketokohan Al-Maududi jauh lebih menyerlah, malah Tafhim
al-Quran jauh lebih dikenali ramai berbanding Tadabbur-e-Qur'an.
Siapa sangka Amin Ahsan yang asalnya seorang jurnalis itu akhirnya
diberikan taufik dan hidayah sebagai seorang ahli tafsir al-Qur'an.
Justeru, saya teringatkan jurnalis Muhammad Asad yang berbangsa Yahudi
itu telah menghasilkan terjemahan lengkap al-Qur'an, The Message of
the Qur'an setempoh 17 tahun.
Tafsir ini telah dihasilkan selama 23 tahun oleh Islahi yang telah
mendapat pendidikan khusus dalam pengajian al-Qur'an, al-Hadith dan
lain-lain daripada Hamiduddin Farahi. Pengarang sependapat dengan
gurunya, Farahi bahawa prinsip nazm (koheren) merupakan prinsip
terpenting dalam penafsiran al-Qur'an.
Menurut penterjemah yang pernah berguru dengan Ustaz Amin Ahsan,
penonjolan prinsip nazm yang cuba melihat kesatuan tema dalam sesuatu
surah juga antara satu surah dengan surah yang lain sudahpun dilakukan
oleh mufassirin silam seperti Al-Khattabi (319-388/931-998),
Al-Baqillani (388-403/950-1013), Al-Jurjani (meninggal 471/1078), and
Az-Zamakhshari (467-538/1075-1144).
Sehubungan itu, Kamal El Helbawy, penasihat kepada projek
penterjemahan ini memetik kata-kata Fakhruddin ar-Razi yang
menyifatkan bahawa khazanah hikmah sebenar kepada al-Qur'an adalah
"terangkum dalam kesinambungan dan koherennya".
Islahi berpendapat, tema ('amud) kepada al-Fatihah adalah suatu bentuk
penyataan sanubari dalam menghargai Allah. Ini merupakan perasaan
mendalam seorang hamba, manifestasi kepada sejumlah nikmat Allah dalam
kehidupan dan alam di sekeliling. Lantas, hamba itu secara peribadinya
harus mengabdikan diri kepada Allah, di samping memohon pertolongan
dan hidayah langsung daripada-Nya.
Saya turut terpesona dengan pandangan beliau yang menafikan rasa takut
sebagai asas beragama sebagaimana tercanai dalam falsafah moden Barat,
sebaliknya rasa penghargaan sebagaimana yang tersurat dan tersirat
dalam baris awal al-Fatihah itulah asas beragama dalam Islam.
Ahli-ahli falsafah itu berhujah, ketakutan kepada bala, bencana alam
dan mala petaka telah mendorongi manusia untuk bergama. Islahi
bagaimanapun menyorot sekian banyak nikmat dan rahmat alam seperti
hujan, musim bunga nan indah dan sebagainya, lalu menyoal: Yang mana
satukah yang sering dialami dalam hidup, keindahan, keseronokan dan
nikmat Tuhan atau bala dan mala petaka?
Rasa takut bagaimanapun akan meluntur dan hilang setelah terhindarnya
bala dan bahaya, sebaliknya rasa penghargaan, syukur dan terima kasih
sebagai makhluk dan hamba dengan seribu satu nikmat di muka bumi
melonjakkan rasa pengabdiaan yang tulus kepada Allah serta keinginan
berdoa memohon pertolongan dan bimbingan-Nya.
Menurut Amin Ahsan Islahi, stail persembahan al-Fatihah adalah doa.
Pun begitu, bukanlah Allah hendak mengajar berdoa (rujuk ayat 5-7),
sebaliknya doa itu terucap secara semulajadi di lidah atau secara
sepontan terletus dari lubuk hati seorang hamba. 'Al' dalam
'Al-Mustaqim' (jalan yang lurus) merujuk kepada satu-satunya jalan
yang dikehendaki-Nya, jalan kejayaan di dunia dan akhirat.
Permohonan diri kepada Allah dalam al-Fatihah ini hakikatnya
menzahirkan kelemahan diri manusia yang antara lain untuk menjawab
persoalan; bagaimana ingin mengabdikan diri kepada-Nya, apakah perkara
yang disukai dan tidak disukai-Nya dalam mengharapkan keredhaan dan
menjauhi kemurkaan-Nya, dan bagaimana untuk tertib berdoa lepada-Nya
memohon bimbingan dan kekuatan.
Justeru, inilah justifikasi keperluan dan hajat manusia kepada Rasul
yang dapat menunjukkan 'jalan yang lurus'. Al-Anbiya' dan al-Mursalin
amat diperlukan oleh manusia dan Allah telah mengutuskan mereka dalam
sepanjang zaman untuk mengajar manusia bagaimanakah cara memenangi
redha Allah dan menjauhi kemurkaan-Nya dengan mematuhi yang makruf dan
menjauhi yang mungkar menurut pandangan-Nya.
Al-Baqarah yang menyusul selepas al-Fatihah bagaikan ingin menjawab
kepada munajat keinginan kepada 'jalan yang lurus'. 'Al-Kitab' yang
termaktub dalam awalan al-Baqarah itulah pembimbing hidayah
sepertimana yang kita pohonkan dalam surah yang sering diulang-ulang
saban hari itu.
Buku ini merupakan terbitan sulung siri terjemahan Inggeris daripada
tafsir lengkap al-Qur'an, Tadabbur-e-Quran yang asalnya ditulis dalam
Urdu. Dijangka, terbitan tafsir surah al-Baqarah akan menyusul,
diikuti oleh keseluruhan surah yang lain.
Kalau Ahmad von Denffer dalam 'Ulum al-Qur'an atau The Science of the
Qur'an meletakkan Tafsir al-Manar (Mohammad Abdul dan Mohammad Rashid
Ridha), Fi Zilal al-Quran (Syed Qutb) dan Tafhim al-Quran (Al-Maududi)
sebagai tafsir-tafsir agung abad ke-20, maka saya meramalkan
Tadabbur-e-Qur'an yang memiliki niech koheren ini bakal menyerlah
menjadi tafsir al-Qur'an utama dunia dalam kurun masihi ini.
--- End forwarded message ---
Fwd: Mengapa lidah kelu disaat kematian?
wrote:
Tetapi kematian itu pasti menjelma. Hanya masa dan waktunya yang
tidak
> kita ketahui. Cuba kita amati. Mengapa kebanyakan orang yg nazak,
hampir
> ajal tidak dapat berkata apa-apa.. lidahnya kelu, keras dan hanya mimik
> mukanya yang menahan kesakitan 'sakaratul maut'.
> Diriwayatkan sebuah hadis yg bermaksud:
> "Hendaklah kamu mendiamkan diri ketika azan, jika tidak Allah akan
kelukan
> lidahnya ketika maut menghampirinya."
> Ini jelas menunjukkan, kita disarankan agar mendiamkan diri, jangan
berkata
> apa-apa pun semasa azan berkumandang. Sebagai orang beragama
Islam kita
> wajib menghormati azan. Banyak fadhilatnya. Jika lagu kebangsaan
kita
> diajar agar berdiri tegak dan diamkan diri. Mengapa ketika azan kita
tidak
> boleh mendiamkan diri? Lantas sesiapa yang berkata-kata ketika azan,
Allah
> akan kelukan lidahnya ketika nazak. Kita takut dengan kelunya lidah
kita
> semasa ajal hampir tiba maka kita tidak dapat mengucap kalimah
> "Lailahaillallah.." yang mana sesiapa yang dapat mengucapkan kalimah
ini
> ketika nyawanya akan dicabut Allah dgn izinNya menjanjikan syurga
untuk
> mereka. Dari itu marilah kita sama-sama menghormati azan dan
mohon kepada
> Allah supaya lidah ini tidak kelu semasa nyawa kita sedang
dicabut. "Ya
> Allah! Anugerahkanlah kematian kami dengan kematian yang baik lagi
mulia,
> lancarkan lidah kami mengucap kalimah "Lailahaillallah.." semasa
sakaratul
> maut menghampiri kami. Amin.. amin.. amin Yarobbal a'lamin.."
> WASIAT NABI MUHAMMAD S.A.W. kepada SAIDINA ALI R.A.;
> Wahai Ali, bagi orang MUKMIN ada 3 tanda-tandanya:
> 1) Tidak terpaut hatinya pada harta benda dunia.
> 2) Tidak terpesona dengan pujuk rayu.
> 3) Benci terhadap perbualan dan perkataan sia-sia..
>
> Wahai Ali, bagi orang 'ALIM itu ada 3 tanda2nya:
> 1) Jujur dalam berkata-kata.
> 2) Menjauhi segala yg haram.
> 3) Merendahkan diri.
>
> Wahai Ali, bagi orang yg JUJUR itu ada 3 tanda2nya:
> 1) Merahsiakan ibadahnya.
> 2) Merahsiakan sedekahnya.
> 3) Merahsiakan ujian yg menimpanya.
>
> Wahai Ali, bagi org yg TAKWA itu ada 3 tanda2nya:
> 1) Takut berlaku dusta dan keji.
> 2) Menjauhi kejahatan.
> 3) Memohon yang halal kerana takut jatuh dalam keharaman.
>
> Wahai Ali, bagi AHLI IBADAH itu ada 3 tanda2nya:
> 1) Mengawasi dirinya.
> 2) Menghisab dirinya.
> 3) Memperbanyakkan ibadah kepada Allah s.w.t. Wang RM50
> atau S$50 kelihatan begitu besar bila dibawa ke kotak derma masjid,
tetapi
> begitu kecil bila kita bawa ke supermarket. 45 minit terasa terlalu
lama
> untuk berzikir tapi betapa pendeknya waktu itu untuk pertandingan bola
> sepak. Semua insan ingin memasuki syurga tetapi tidak ramai yang
berfikir
> dan berbicara tentang bagaimana untuk memasukinya. Kita boleh
mengirimkan
> ribuan 'jokes' dan 'surat berantai' melalui e-mail tetapi bila
mengirimkan
> yang berkaitan dengan ibadah seringkali berfikir 2 atau 3 kali.
> OLEH ITU JANGAN BIARKAN DIRI KITA INI MENJADI
> SEBAHAGIAN DARI KELUCUAN TERSEBUT, INSYA'ALLAH.
> Wassalamualaikum
--- End forwarded message ---
Fwd: Apakah Istidraj?
Assalamualaikum wbr....
Ianya adalah pemberian nikmat Allah kepada manusia yang mana pemberian itu
tidak diredhaiNya. Inilah yang dinamakan istidraj.
Rasullulah s.a.w. bersabda :"Apabila kamu melihat bahawa Allah Taala
memberikan nikmat kepada hambanya yang selalu membuat maksiat (durhaka),
ketahuilah bahawa orang itu telah diistidrajkan oleh Allah SWT.
"(Diriwayatkan oleh At-Tabrani, Ahmad dan Al-Baihaqi)
Tetapi, manusia yang durhaka dan sering berbuat maksiat yang terkeliru
dengan pemikirannya merasakan bahawa nikmat yang telah datang kepadanya
adalah kerana Allah berserta dan kasih dengan perbuatan maksiat mereka.
Masih ada juga orang ragu-ragu, kerana kalau kita hendak dapat kebahagian
di dunia dan akhirat kita mesti ikut jejak langkah Rasullulah saw dan
berpegang teguh pada agama Islam.
Tetapi bagaimana dengan ada orang yang sembahyang 5 waktu sehari semalam,
bangun tengah malam bertahajjud, puasa bukan di bulan Ramadhan sahaja,
bahkan Isnin, Khamis dan puasa sunat yang lain. Tapi, hidup mereka biasa
sahaja. Ada yang susah juga. Kenapa? Dan bagaimana pula orang yang seumur
hidup tak sembahyang, puasa pun tak pernah, rumahnya tersergam indah,
kereta mewah menjalar, duit banyak, dia boleh hidup kaya dan mewah. Bila
kita tanya, apa kamu tak takut mati? Katanya, alah, orang lain pun mati
juga, kalau masuk neraka, ramai-ramai. Tak kisahlah! Sombongnya mereka,
takburnya mereka.
Rasullulah s.a.w. naik ke langit bertemu Allah pun tak sombong, Nabi
Sulaiman, sebesar-besar pangkatnya sehinggakan semua makhluk di muka bumi
tunduk di bawah perintahnya pun tak sombong! Secantik-cantik Nabi
Yusof dan
semerdu suara Nabi Daud, mereka tak sombong. Bila sampai masa dan
ketikanya, mereka tunduk dan sujud menyembah Allah.
Manusia istidraj - Manusia yang lupa daratan. Walaupun berbuat
maksiat, dia
merasa Allah menyayanginya. Mereka memandang hina kepada orang yang
beramal. "Dia tu siang malam ke masjid, basikal pun tak mampu beli,
sedangkan aku ke kelab malam pun dengan kereta mewah. Tak payah beribadat
pun, rezeki datang mencurah-curah. Kalau dia tu sikit ibadat tentu boleh
kaya macam aku, katanya sombong." Sebenarnya, kadang-kadang Allah
memberikan nikmat yang banyak dengan tujuan untuk menghancurkannya.
Rasullulah s.a.w bersabda: "Apabila Allah menghendaki untuk membinasakan
semut, Allah terbangkan semua itu dengan dua sayapnya" (Kitab
Nasaibul'Ibad)
Anai-anai, jika tidak bersayap, maka dia akan duduk diam di bawah batu
atau
merayap di celah-celah daun, tetapi jika Allah hendak membinasakannya,
Allah berikan dia sayap. Lalu, bila sudah bersayap, anai-anai pun menjadi
kelkatu. Kelkatu, bila mendapat nikmat (sayap), dia akan cuba melawan api.
Begitu juga manusia, bila mendapat nikmat, cuba hendak melawan Allah swt.
Buktinya, Firaun. Nikmatnya tak terkira, tidak pernah sakit, bersin pun
tidak pernah kerana Allah berikannya nikmat kesihatan. Orang lain selalu
sakit, tapi Firaun tidak, orang lain mati, namun dia masih belum mati-mati
juga, sampai rasa angkuh dan besar diri lantas mengaku dirinya tuhan. Tapi
dengan nikmat itulah Allah binasakan dia.
Namrud, yang cuba membakar Nabi Ibrahim. Betapa besar pangkat Namrud? Dia
begitu sombong dengan Allah, akhirnya menemui ajalnya hanya disebabkan
seekor nyamuk masuk ke dalam lubang hidungnya.
Tidak ada manusia hari ini sekaya Qarun. Anak kunci gudang hartanya sahaja
kena dibawa oleh 40 ekor unta. Akhirnya dia ditenggelamkan bersama-sama
hartanya sekali akibat terlalu takbur. Jadi kalau kita kaya, jangan
sangka Allah sayang, Qarun lagi kaya, akhirnya binasa juga.
Jadi, jika kita kaji dan fikir betul-betul, maka terjawablah segala
keraguan yang mengganggu fikiran kita. Mengapa orang kafir kaya, dan orang
yang berbuat maksiat hidup senang /mewah. Pemberian yang diberikan oleh
Allah
pada mereka bukanlah yang diredhaiNya. Rupa-rupanya ianya adalah bertujuan
untuk menghancurkannya. Untuk apa hidup ini tanpa keredhaanNya?
Tetapi jangan pula ada orang kaya beribadat, masuk masjid dengan kereta
mewah kita katakan itu istidraj. Orang naik pangkat, istidraj. Orang-orang
besar, istidraj. Jangan! Orang yang mengunakan nikmatnya untuk kebajikan
untuk mengabdi kepada Allah bukan istidraj. Dan jangan pula kita tidakmahu
kekayaan. Kalau hendak selamat, hidup kita mesti ada pegangan. Bukan kaya
yang kita cari, juga bukan miskin yang kita cari.
Tujuan hidup kita adalah mencari keredaan Allah. Bagaimana cara untuk
menentukan nikmat yang diredhai Allah? Seseorang itu dapat menyedari
hakikat yang sebenarnya tentang nikmat yang diterimanya itu ialah apabila
dia
bersyukur nikmatnya. Dia akan mengunakan pemberian ke jalan kebaikan dan
sentiasa redha dan ikhlas mengabdikan diri kepada Allah. Maka segala
limpah
kurnia yang diperolehi itu adalah nikmat pemberian yang diredhai Allah.
Bila tujuan hidup kita untuk mencari keredhaan Allah, niscaya selamatlah
kita di dunia dan akhirat.
Wallahualam.
Fwd: Akhlaq & sifat-sifat yg perlu ada pada pemimpin
1. Ikhlas kerana Allah.
2. Mempunyai akal yg kuat, mempunyai hikmah, cerdik, berpengalaman,
mempunyai pandangan yg tajam, pembacaan yg luas, mampu mengetahui
pelbagai perkara dari pelbagai sudut.
3. Mempunyai sifat al-Hilm (tidak mudah marah), penyantun, rahmat &
lemah lembut.
4. Berani, ada maruah, tidak bacul & tidak membabi buta.
5. Mempunyai sifat As-Siddiq (benar di dlm segala kata, sikap &
perbuatan).
6. Tawadhu' (merendah diri), tidak bangga diri.
7. Memaafkan, menahan kemarahan dan ihsan kepada yg berbuat jahat
kepadanya.
8. Menepati janji dan memenuhi sumpah setia.
9. Bersifat sabar.
10. Bersifat Al-'Iffah (suci hati, jiwa & amal) dan al-Kiram
(pemurah & tidak bakhil).
11. Wara' & zuhud.
12. Adil dan insaf walaupun terhadap dirinya.
13. Jauh dari al-Mannu (mengungkit) & memperkatakan kebaikan diri
sendiri (riya').
14. Memelihara perkara yg dimuliakan Allah (Hurumatillah).
15. Kesejahteraan hati, tidak melayani orang yg mengumpat &
mengadudombakan di antara manusia (an-Namimah).
16. Keazaman, tawakkal & tidak ragu.
17. Sederhana (pertengahan) di dalam segala perkara.
18. Bertahan bersama al-haq tanpa kegoncangan & pantang larang.
19. Menjauhi sikap pessimistic atau terlalu optimistic.
Jalan Da'wah antara Qiyadah dan Jundiyah oleh al-Utz Mustafa Masyhur
rahmatullah 'alaih]
Fwd: Pandangan Sheikh Yusof al-Qardawi Mengenai Undi
Pandangan Sheikh Yusof al-Qardawi Mengenai Undi
Menurut ulamak terkenal masa kini, Sheikh Dr. Yusuf al-Qaradhawi, Islam
menganggap penyertaan seseorang dalam pilihan raya dan pungutan suara
serupa dengan memberi kesaksian bahawa calon yang dipilih adalah baik.
Pada pandangan beliau lagi, sesiapa yang memberikan undian/suaranya
kepada seorang calon kerana alasan kerabat dekat atau sekampung, atau
kerana berharap dapat mengambil manfaat bila calon itu terpilih nanti,
maka dia telah menentang firman Allah di dalam surah at-Talaq, ayat
ke-2 yang bermaksud,
"Dan hendaklah kalian dirikan kesaksian itu kerana Allah."
Manakala sesiapa yang tidak menunaikan kewajipannya dalam pilihan raya
(tidak keluar mengundi) sehingga golongan yang jujur kalah dan golongan
yang tidak layak memimpin menang dengan suara majoriti, maka dia juga
telah menentang perintah Allah dalam memberi kesaksian. Firman Allah di
dalam surah al-Baqarah, ayat 282 yang bermaksud,
"Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka
dipanggil."
"Dan janganlah kalian (para saksi) menyembunyikan kesaksiannya dan
sesiapa menyembunyikannya, maka sesungguhnya dia adalah orang-orang
yang berdosa hatinya." (al-Baqarah: 283)
[Dipetik daripada tulisan Dr. Yusuf al-Qaradhawi berjudul "Fiqh Daulah"]
Fwd: Mu'min Dan Hukum-Hukum Islam
Bismillah Walhamdulillah Was Salaatu Was Salaam 'ala Rasulillah.
Pada dasarnya seseorang itu menganut Islam kerana keyakinan yang
berlandaskan kepada kefahamannya terhadap ajaran-ajaran Islam. Iman yang
benar adalah Iman yang wujud dalam hati secara penuh sedar dan bukan
sesuatu yang diada-adakan. Tidak ada seorang pun yang boleh menjadi
seorang
Muslim yang Mu'min dalam pengertiannya yang sebenar tanpa ia mempelajari
atau diajarkan kepadanya berkenaan Islam itu sendiri. Bertolak dan garis
ini, seseorang yang menganut Islam dengan penuh kesedaran dan menghiasi
dirinya dengan Iman yang benar adalah seorang Muslim yang ber'ilmu. Sejauh
mana 'ilmunya dapat dimanfa'atkan oleh orang lain maka itu adalah
persoalan
lain. Pokoknya, yang penting dia berpegang dan meng'amalkan Islam dengan
penuh kesedaran dan dipandu dengan 'ilmu pengetahuan.
Menurut dasar ini seseorang Muslim itu dapat mengetahui hukum-hukum
syari'at keseluruhannya melalui dalil-dalilnya secara langsung. Tetapi
pada
hakikatnya ini bukanlah satu perkara yang mudah. Mungkin ia mampu untuk
memahami beberapa perkara sahaja dan sumbernya secara langsung, tetapi
tidak mampu untuk memahami sudut-sudut yang lain. Ini adalah kerana untuk
menguasai seluruh bidang Islam yang luas, ianya memerlukan penumpuan masa
dan tenaga yang begitu banyak, tambahan pula kemampuan ini kebiasaannya
hanya dapat dicapai oleh orang-orang yang mempunyai kekuatan 'aqal dan
daya
kecerdikan yang sangat tinggi. Sedangkan anugerah seperti ini tidak
diberikan oleh Allah kepada semua manusia. Dan sunnatullah yang berlaku di
dalam sejarah dan kehidupan manusia ternyata bahawa pada umumnya manusia
seperti ini adalah kecil bilangannya.
Oleh yang demikian, kerana kebanyakan di kalangan manusia terdiri dari
orang-orang yang terbatas kemampuannya untuk memahami Islam dalam segala
seginya daripada sumber-sumbernya yang asal, maka Islam menetapkan mereka
bertanya kepada orang-orang yang lebih mengetahui.
Firman Allah:
"Bertanyalah kepada ahli 'ilmu sekiranya kamu tidak mengetahui."
[An-Nahl:43]
Termasuk dalam pengertian bertanya kepada ahli 'ilmu ialah mengikut salah
satu dari imam-imam mazhab seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam
Syafi'e dan Imam Ahmad Ibn Hanbal. Mengikut sesuatu mazhab bererti
menerima
dan meng'amalkan ijtihad mereka dalam perkara-perkara yang berkaitan
dengan
masalah fiqh dalam ertinya yang luas.
Mengikut ijtihad para 'ulama adalah sesuatu yang diperintahkan oleh Islam
kepada orang yang tidak mengetahui. Dalam pengertian hari ini, berpegang
kepada sesuatu mazhab adalah sama dengan mengikuti ijtihad para 'ulama
sebagaimana yang dituntut oleh ayat Allah di atas. Ini adalah kerana
perkembangan pembinaan hukum dan fiqh di dalam sejarah Islam telah
mengambil jalan yang sedemikian dan ia tidak sedikit pun bercanggah dengan
syara'.
Namun demikian perlu difahami bahawa perintah bertanya kepada ahli-ahli
'ilmu tidak bererti apabila seseorang itu telah mengambil pendapat seorang
ahil 'ilmu maka dia tidak boleh mengambil pendapat ahli 'ilmu yang lain,
ataupun ia mesti mengambil hanya pendapat seorang atau sekumpulan ahli
'ilmu sahaja dalam ia melaksanakan semua perkara yang berkaitan dengan
Islam.
Berdasarkan kepada landasan ini, mengikut mazhab adalah sesuatu yang
dibenarkan oleh syari'at tetapi ia bukanlah suatu perkara yang wajib.
Berpegang kepada sesuatu mazhab cuma menjadi wajib sekiranya menjadi
mustahil bagi seseorang itu untuk melaksanakan kewajipan-kewajipan Ad-Din
tanpa mengikut mana-mana mazhab. Tujuan berpegang kepada mazhab adalah
untuk memudahkan umat Islam melaksanakan perintah Allah dan ber'amal
dengan
'amal-'amal yang telah ditetapkan syara'.
Namun demikian ketidakwajibnya berpegang kepada mazhab tidaklah pula
bererti seseorang itu boleh mengambil ringan terhadap pentingnya
mazhab-mazhab fiqh di dalam Islam. Umat Islam perlu ingat bahawa penerusan
Islam selama empat belas abad ini dipenuhi dengan segala jenis
perkembangan. Setiap perkembangan melalui usaha-usaha yang besar dari segi
pertumbuhan dan pertambahan khazanah 'ilmu bagi umat lslam. Tidak ada yang
berharga bagi umat Islam di dunia ini selain daripada khazanah 'ilmu Islam
yang bertujuan untuk membimbing dan memudahkan mereka agar tetap berpegang
kepada Islam yang telah ditinggalkan oleh para 'ulama mukhlisin dan
solehin
dari abad-abad yang silam.
Demikian juga tiada khazanah yang lebih berharga bagi umat-umat yang akan
datang daripada khazanah 'ilmu yang ditambah oleh umat Islam hari ini di
atas khazanah 'ilmu yang sedia ada. Umat Islam adalah umat yang satu. Kita
satu dan segi 'aqidah dan syari'at serta sumber-sumber bagi menegakkan
kedua-duanya pada setiap zaman yang kita lalui.
Oleh itu tidak ada seorang pun di kalangan umat Islam yang boleh
menyatakan
bahawa ia tidak bermazhhab. Ini tidak mungkin. Tidak ada 'ilmu yang tegak
tersendiri tanpa sandaran kepada 'ilmu orang lain kecuali 'ilmu yang
diberikan oleh Allah kepada Rasulullah s.a.w. Setiap orang terpaksa
merujuk
dan menyandarkan 'ilmunya kepada 'ilmu-'ilmu orang lain. Dalam pengertian
ini ia tidak terlepas daripada bertanya kepada ahli 'ilmu dan mengambil
kira pandangan-pandangan mazhab-mazhab di dalam Islam.
Dalam perkembangannya yang asal, mazhab-mazhab ini tidak bererti seperti
bilik-bilik yang tertutup rapi yang mempunyai sistemnya tersendiri dan
tidak boleh sedikit pun mengambil sesuatu dari yang luar. Kerana pada
zaman
Imam-Imam mazhab, kefahaman ini tidak wujud. Yang utama adalah mereka
membuat ijtihad dan bahan-bahan yang boleh mereka ambil sebagai hujjah
boleh datang dari mana-mana dan sesiapa sahaja. Demikianlah juga
keadaannya
hari ini, pengertian mazhab tidak boleh disempitkan seolah-olah sekiranya
seseorang yang berpegang dalam kebanyakan pendapat dengan satu mazhab
tertentu dianggap telah menukar mazhabnya sekiranya ia mengambil satu
pendapat dalam satu perkara menurut ketetapan satu mazhab yang lain.
Seseorang Mu'min itu tidak wajar menolak sesuatu mazhab kerana walaupun ia
telah mencapai peringkat dapat melakukan ijtihad yang tidak terbatas
bidangnya, tetap ia mempunyai satu mazhab, iaitu mazhabnya sendiri. Islam
tidak menghalang kemungkinan berlakunya perkara ini kerana tidak terdapat
di dalam mana-mana ketetapan yang menyatakan pintu ijtihad telah ditutup.
Keizinan syara' bagi umat Islam berpegang kepada mana-mana mazhab adalah
menurut syarat-syarat berikut:
1. Memahami bahawa asas-asas pembinaan Islam yang utama adalah Al-Qur'an
dan As-Sunnah, mazhab hanyalah sebagai satu sistem untuk memudahkan
pemahaman dan perlaksanaan terhadap apa yang terkandung di dalam
kedua-duanya.
2. Tidak meletakkan seseorang Imam mazhab sebagai ma'sum dan tidak
menjadikan sesuatu mazhab sebagai satu-satunya sahaja sumber asasi 'ilmu
Islam dan menganggap tidak ada selain darinya yang boleh diterima sebagai
sumber dalam memahami dan melaksanakan hukum-hukum Islam.
3. Berpegang kepada ketetapan sesuatu mazhab tidak bererti menyalahkan
ketetapan mazhab yang lain selagi mana mazhab tadi masih mempunyai hujjah
terhadap apa yang ditetapkannya.
4. Berpegang kepada sesuatu mazhab dalam kebanyakan masalah-masalah fiqh
tidak bererti tidak boleh berpegang kepada sesuatu mazhab lain dalam
sesuatu masalah yang tertentu.
[Sebagai contoh mazhab Syafi'e menetapkan zakat fitrah cuma boleh
diberikan
dengan memberikan barangan yang menjadi makanan asasi penduduk di
negeri di
mana zakat itu dikeluarkan. Menurut mazhab Hanafi pula, zakat ini boleh
diberikan dengan mengeluarkan wang yang senilai dengan barangan tadi. Kita
dapati di Malaysia yang majoriti umat Islam berpegang kepada mazhab
Syafi'e, mengeluarkan zakat fitrah dengan Wang. Di sini tidak sedikit pun
timbul masalah keluar dari mazhab Syafi'e dan berpindah kepada mazhab
Hanafi.]
Istilah berpindah mazhab sebenarnya tidak wujud, apa yang tepat ialah
berpindah kepada pendapat yang lebih kuat hujjahnya.
[Dalam perkara-perkara yang bersifat furu' (cabang) seseorang Muslim awam
boleh berpindah kepada satu hujjah yang lebih kuat menurut apa yang telah
ditarjih atau dikuatkan oleh ulama'. Oleh itu biasanya ia tidak
mentarjihkan sesuatu perkara itu sendiri tetapi memilih daripada apa yang
telah ditarjihkan oleh ulama'. Dalam perkara-perkara lain pula,
pentarjihan
ini cuma boleh dibuat oleh pemerintah di dalam negara Islam, sekiranya
tidak ada negara Islam, maka pentarjihan, ataupun fatwa ini cuma boleh
dibuat oleh satu badan yang terdiri daripada para ulama' yang diiktiraf
oleh umat Islam.]
5. Tidak memberat-beratkan Ad-Din dengan masalah-masalah furu' sehingga
mengenepikan keutamaan-keutamaan Islam yang sebenar. Tidak menjadikan
masalah khilafiyyah mazhab sebagai punca perpecahan umat Islam. Tidak pula
ada salahnya membuat penyelidikan terhadap masalah khilafiyyah asalkan
ianya dilakukan dengan penuh mahabbah kerana Allah dan bersih dari sikap
ta'asub demi untuk mencari kebenaran. [Usul 20: Imam Hasan alBanna]
6. Berpegang kepada mazhab sebagai panduan untuk mengembangkan 'ilmu Islam
bukan untuk menyempitkannya, membuka luas pintu ijtihad bukan untuk
menutupnya dan bukannya menggalakkan taqlid tetapi untuk mengembangkan
ittiba' iaitu mengikut sesuatu dengan kefahaman dan 'ilmu pengetahuan.
7. Berpegang kepada satu mazhab adalah sebagai asas permulaan untuk
mendalami hukum-hukum Islam. Selepas itu hendaklah terus berusaha untuk
meningkatkan 'ilmu agar dapat:
a. Memahami hujjah-hujjah yang terperinci terhadap perkara-perkara yang
ditetapkan oleh mazhab tersebut, ataupun
b. Memahami hujjah-hujjah yang terperinci terhadap perkara-perkara yang
ditetapkan oleh mazhab-mazhab lain sehingga mampu untuk membuat
perbandingan dan boleh memilih dalam perkara-perkara yang telah ditarjih
oleh ulama', ataupun
c. Mencapai ke peringkat nazar iaitu dapat melihat sendiri dalil-dalil dan
sumber-sumbernya yang asal dan melakukan istinbat atau mengeluarkan hukum
melalui fahaman zahir, atau melalui istidlal, iaitu satu proses
pengeluaran
hukum dengan jalan menggunakan ijtihad atau qiyas. [Usul 20: Imam Hasan
alBanna]
[Risalah Usrah oleh Abu 'Urwah, Jilid 1, Bhgn. 2: Asas-Asas Kefahaman
Islam]
Fwd: MURABI DALAM GERAKAN ISLAM
Memahami Konsep Murabbiy Dalam Diri Pendakwah
Fiqh Ad-Dakwah / Minda Madani
Konsep "Murabbiy" dalam Islam membawa maksud yang luas melebihi tahap
"muallim". Muallim bermaksuf pengajar, lebih menjurus kepada sorang
pengajar atau guru yang mencurahkan ilmu pengetahuan untuk anak
didiknya. Tetapi, konsep "Murabbiy" merujuk kepada Pendidik yang bukan
sahaja mengajarkan sesuatu ilmu tetapi dalam masa yang sama cuba
mendidik rohani, jasmani, fizikal dan mental anak didiknya untuk
menghayati dan mengamalkan ilmu yang telah dipelajari.
Justeru, Murabbiy akan memastikan sesuatu ilmu itu dihayati sekali gus
membentuk keperibadian, sikap dan tabiat anak didiknya. Oleh itu,
tugas "Muallim" banyak berlegar di "akal" tetapi tugas Murabbiy
berlegar di "hati". Perumpamaan yang boleh diketengahkan di sini ialah
Muallim adalah orang yang bertugas mengumpulkan bahan masakan sepeti
tepung, gula, garam dan rempah ratus. Manakala Murabbiy adalah
diumpamakan seperti seorang tukang masak yang mahir berkemampuan
mengadun dan membancuh tepung hingga berjaya dimasak menjadi
kuih/hidangan yang enak.
KONSEP MURABBIY DALAM GERAKAN
Dalam gerakan Islam khususnya gerakan pelajar seprti PKPIM, peranan
melahirkan kepimpinan bertaraf Murabbiy mempunyai siknifikasi dan
kepentingan besar terhadap gerakan dari aspek membangun kepimpinan
pelapis dan kaderisasi. Kegagalan melahirkan kepimpinan kampus mahupun
Jawatankuasa Pusat serta Badan Gabungan Negeri yang mempunyai
ciri-ciri Murabbiy boleh membawa kepada kepincangan Tanzim Haraki dan
menyebabkan berlakunya gejala penyakit;
a. kelesuan gerakan.
b. wujud "one man show" atau kepimpinan dikuasai oleh kelompok tertentu.
c. membawa kepada gejala kelesuan dan kegersangan ahli baru seterusnya
membatutkan perkembangan kaderisasi.
d. menjadikan sesuatu gerakan lebih bersifat "program oriented"
berbanding untuk menjadi gerakan yang "mission oriented".
e. akan wujud ahli-ahli yang gugur "mutasaqitun fi thoriqud dakwah"
f. menghadapi masalah penerusan kepimpinan. Akan wujudlah "vacuum"
dalam proses transisi; dan lain-lain hingga boleh membawa kepada
gejala keruntuhan jemaah/gerakan.
Justeru itu, kepimpinan bersifat "Murabbiy" adalah penting dan menjadi
teras terutamanya dalam gerakan dakwah pelajar. Suasana pelajar/
mahasiswa yang masih dalam proses "learning and education" atau masih
di peringkat Tarbiyah, amat memerlukan kehadiran "Murabbiy" sebagai
pembimbing atau pendidik kepada mereka.
Oleh yang demikian PKPIM mengambil langkah pro-aktif menginstitusikan
"Murabbiy" bagi setiap unit gabungannya bagi
memastikan dakwah Islamiyyah mengakar keumbinya.
CIRI-CIRI KEPIMPINAN /PENDAKWAH - Murabbiy
Asas pembinaan seorang "Murabbiy" berkait rapat dengan konsep
pembinaan Pendakwah. Berbicara tentang Dakwah dan Pendakwah dalam
Islam, semestinya elemen "Murabbiy" / pendidik tidak boleh dipisahkan.
Berikut dikemukakan beberapa pandangan tokoh dan ulama' dalam membinan
asas keperibadian unggul Pendakwah.
1. Buku : Gerakan Islam: Kepimpinan - Syura -Tarbiyah, Zawawi Ali dan
Mohammad Kamil Abdul Majid, menyatakan antara sifat-sifat Qiyadah
dalam membimbing Harakah masakini perlu berteraskan ciri-ciri dan
sifat kepimpinan Rasullullah s.a.w iaitu:
a. Keberanian dan keazaman yang kukuh.
b. Sabar dan berpendirian teguh - dalammengharungi segala rintangan,
ujian dan siksaan kaum Quraish terhadap dirinya.
c. Keadilan dan Persamaan - Rasulullah s.a.w seorang yang bersifat
adil dan mewujudkan persamaan contohnya Baginda turut sama dalam
melaksanakan pembinaan Masjid pertama di Madinah. Baginda juga turut
menggali Khanda / parit dalam peristiwa Ahzab.
d. Peribadi dan Watak yang Sempurna - keperibadian dan budipekerti
Rasulullah s.a.w amat meyakinkan.
Sheikh Fathi Yakan, Musyhkilatu da'wah wad-da'iyah menulis tentang
sifat-sifat pendakwah sepertimana berikut:
a. Kebersihan Jiwa dan Rohani
- perlu sentiasa ikhlas
- sentiasa mengingati Allah swt.
- Selalu memperbaiki ibadahnya, membanyakkan amalan sunat dan - tidak
meninggalkan tahajjud.
b. Kesihatan Badan dan Kekuatannya
-Menjaga kesihatannya kerana kepimpinan dan pendakwah penuh dengan
pemikiran, kerja dan perjuangan yang bersambung-sambung dan tidak
henti-henti.
c. Keupayaan Akal dan Fikiran
- Pemimpin, fikiran dan mindanya haruslah terdiri dari pelbagai bahan
tidak hanya terhad kepada ilmu Islami sahaja tanpa mendalami ilmu-ilmu
lain.
- Berupaya juga menganalisis persekitaran dengan menggarapkan ilmu
pengetahuan dan maklumat yang sedia ada dengan menjadikan pengalaman
sebagai panduan berteraskan kepada Al-Quran & As-Sunnah.
Seterusnya beliau menambah bahawa ada beberapa sifat-sifat yang perlu
bagi Pimpinan:
a. Mengenali Dakwah - mengenali organisasi dan matlamat perjuangan
(ada hubungan)
b. Mengenali Jiwa - mengetahu kekuatan dan kelemahan yang ada pada
dirinya sendiri
c. Perhatian kepada ahli-ahli - mengambil tahu hal-ehwal pengikut.
d. Tauladan yang baik (al-Qudwatul Hasanah)
e. Pandangan yang tajam - tidak mempunyai sikap teragak-agak, kabur,
resah dan tidak tegas.
f. Kemahuan yang kuat
g. Daya Tarikan semulajadi
h. Optimisma
Sayyid Sabiq juga menyatakan berkenaan sifat pemimpin seperti berikut:
a. Seorang pemimpin itu mesti selalu membuat musyawarah dan jangan
membuat keputusan sendiri.
b.Hendaklah seorang pemimpin itu bersifat lemah-lembut dan pengasih
kepada pengikut-pengikutnya.
c. Dalam konteks melaksanakan amar ma'ruf nahi munkar, hendaklah
pemimpin itu melarang ahli-ahlinya daripada melakukan maksiat.
d. Hendaklah seseorang pemimpin itu menghubungi pengikut-pengikutnya
dan mengetahui keperluan mereka.
e. Hendaklah pemimpin itu menyerahkan tugas-tugasnya bertepatan dengan
orang yang selayaknya.
REALITI KAMPUS & GERAKAN
Suasana generasi muda yang dihadapi oleh pendokong-pendokong gerakan
dan pendakwah kini amat mencabar kerana pengaruh besar globalisasi,
kesan-kesan negatif post-modernism disamping ancaman unsur-unsur
percubaan mengurangkan Imej Islam serta imej negatif "dakwah" yang
dijuruskan oleh barat sebagai Terrorisme. Generasi muda kini juga
lebih bersifat "metrialistik" dan tersadur dengan budaya "simplistic"
yang membawa kepada meluasnya budaya "hendonisme" sehinggga
menyebabkan hilang jatidiri dan merosakkan - jasmani, rohani, fizikal
dan mental. Wujud juga usaha-saha merobotkan Generasi muda dan
unsur-unsur tidak langsung yang bersikap melemahkan tahap
keintelektualan Mahasiswa. Disamping itu wujud tekanan-tekanan semasa
daripada pihak berautoriti.
Justeri itu, suasana kini, menjadikan suatu keperluan bagi mewujudkan
pendakwah / kepimpinan yang bersifat "Murabbiy" dengan melaksanakan
pendekatan Dakwah Bil-Hal dan bersabar serta berstrategi dalam bergerak.
Rasulullah tetap terus bersabar ketika berdakwah dan berdoa:
Ertinya : "Wahai Tuhanku! Berilah hidayah kepada kaumku kerana
sesungguhnya mereka tidak menegerti".
Dalam pengertian ini al-Iman Asy-Syahid Hassan al-Banna berkata:
"Jadilah kamu ketika (menyeru) manusia seperti pokok buah-buahan;
mereka membalingnya dengan batu dan dia menggugurkan buah kepada mereka".
Renungan : Syair gubahan Abi Al-Aswad Addualy:-
"Wahai orang yang memberi pelajaran kepada orang lain, mulailah dari
dirimu sendiri hingga kau berilmu, Engkau memberi ubat kepada orang
sakit hingga baik, sedangkan kau sendiri berpenyakit; Maka mulaikah
denganmu, cegahlah dari kelalaian, jika selesai maka kaulah seorang
yang arif bijaksana; Pastilah orang akan mengikuti, jika engkau
mengajak dan menjalankan
apa yang engkau dakwahkan, dan menerima semua ajaran-ajaranmu;
Janganlah melarang perbuatan sedangkan engkau sendiri mengerjakannya,
aib besar bagimu jika kau lakukan itu."
http://www.abim.org.my/minda_madani/
--- End forwarded message ---
Fwd: Hati-Hati Beli Al-Qur'an
Assalamualaikum Wr. Wb.
Maklumat ini adalah pemberitahuan daripada seorang muslimin yang
prihatin(Mohamad Hazari) dalam Bahasa Inggeris tetapi telah di Bahasa
Melayukan....
Apabila saudara-saudari hendak membeli Al-Quran terutamanya yang
dalam edisi baru, maka berhati-hatilah kerana terdapat 4 surah yang
palsu hasil ciptaan kafir laknatullah.....surah-surah tersebut
adalah :
a) Al-Iman
b) Al-Wasaya
c) At-Tajassud
d) Al-Muslimoon
Sekiranya anda kurang pasti....klik:
http://dialspace.dial.pipex.com/town/park/geq96/original/
di dalam website ini terdapat surah tersebut dan maksudnya sekaligus.
Adapun terjemahan isi 3 antara 4 surat-surat palsu tsb.
Surat At-Tajassud (Penjelmaan)
1. Puji syukur kepada-Nya yang telah menciptakan sorga yang tanpa
batas.
2. Dia ciptakan bumi yang sebagian terdiri dari air dan sebagian lagi
tanah.
3. Katakan pada orang-orang yang telah diperdaya oleh ajakan syetan :
pikiranmu telah dibutakan sehingga kamu menuduh bahwa Allah itu
keliru dan menjadi pengikut syetan.
4. Syetan akan selalu menjadi musuh yang paling besar bagi manusia.
5. Jika Allah menghendaki, Dia bisa membuat seorang anak dari batu,
seperti yang telah Dia katakan pada alam ini : jadilah, maka akan
jadi mustahil bagi Allah bahwa Dia harus mengkonsultasikan keputusan-
Nya dengan orang lain.
6. Mustahil bagi Allah bahwa Dia harus mengambil satu dari mahluknya
sebagai anak.
7. Katakan pada orang-orang yang masih meragukan apa yang telah
diberitakan sebelumnya;Kristus adalah bukan makhluk Allah, dia telah
bersama Allah pada awalnya dan akan selalu bersama-Nya.
8. Dalam Dia (Allah) dan dari Dia, dia (Kristus) berasal, bersama
dengan jiwa-Nya, satu Tuhan, abadi, satu dan tidak lebih dari satu.
9. Seperti seorang ayah yang mengirimnya kepada umat manusia seperti
yang telah Dia janjikan.
10. Dia tiupkan/turunkan se perti sabda kedalam rahim seorang perawan
yang akan lahir sebagai manusia
11. Dia berbaur dengan manusia biasa, berwujud seperti manusia, mati
sebagai pengorbanan atas nama manusia dan seperti manusia,juga dia
dikubur kan /dimakamkan.
12. Dan seperti Bapa yang ada di Surga, setelah 3(tiga) hari dia naik.
13. Bagi siapa yang tidak percaya keajaiban-Nya, dan mengatakan hal-
hal yang buruk tentang-Nya.
14. Allah tidak akan melepas kanmu dari kemurkaan-Nya.
15. Tapi bagi siapa yang percaya pada-Nya dan pada Almasih-Nya,
mereka akan mendapatkan pengampunan dan surga dimana mereka hidup
abadi.
Surat Al-Iman (kepercayaan)
1. Ceritera tentang beberapa pengikut dalam kitab, pada saat badai
menghantamnya saat mereka sedang berlayar.
2. Kemudian mereka melihat bayangan Kristus berjalan diatas air.
Mereka lalu berkata : Apakah Tuhan kita itu sedang menertawakan kita
atau kita yang sedang gila ?
3. Lalu terdengar suara aneh yang berkata : jangan takut ini
aku,apakah kamu tidak melihat ?
4. Maka, satu dari mereka berteriak : Tuhanku,bimbinglah aku, jika Kau
memang disini, untuk berjalan diatas air. Ya Allah jadikanlah
keraguanku ini menjadi sesuatu yang pasti.
5. Dia (Allah) berkata padanya : kemarilah dan jadilah
mu'jizat/keajaiban yang akan selalu diingat.
6. Dan mulailah sang pengikut/umat tersebut berjalan, dia lalu lihat
betapa kencangnya badai yang datang sehingga dia menjadi takut akan
tenggelam, lalu dia berteriak lagi kepada Tuhannya untuk minta
pertolongan.
7. Dan Dia mengeluarkan tangan-Nya dan merengkuhnya sambil berkata :Oh
Kamu mempunyai sedikit kepercayaan, itulah hadiah/pahala bagi kamu
sekalian yang ragu.
8. Dan segera setelah Dia pergi dengannya dengan kapal tersebut,badai
reda dan si pengikut ini mengucapkan terimakasih pada-Nya dan
berkata :
9. Kau adalah benar-benar anak Tuhan; dalam dirimu kami percaya dan di
depan-Mu kami berlutut.
10.Dia berkata : Suka cita adalah untuk mereka yang percaya tanpa
mencampur adukkan kepercayaan mereka dengan sesuatu yang
meragukan.Itulah keberhasilan yang sebenarnya.
Surat Al-Muslimun
1. Alief lam saad miim.
2. Katakanlah : Hai kaum muslimin, kamu sekalian sudah tersesat jauh.
3. Bagi yang tidak percaya kepada Allah dan Kristus-Nya, akan
menikmati hari akhirnya dalam kobaran api dan siksaan yang pedih.
4. Beberapa wajah pada hari itu akan terlihat memelas dan ketakutan
mencari pengampunan dari Allah dan Allah akan menolong apa yang
Dia inginkan (untuk ditolong).
5. Pada hari itu Sang Maha Pengampun berkata : Hai umat-Ku, Aku telah
mengarunia kan padamu petunjuk dalam Taurat dan Injil.
6. Dan kamu seharusnya tidak memungkiri apa yang telah Aku
perintahkan kepadamu dan menyesatkan diri dari jalan yang benar.
7.Mereka berkata : kami tidak tersesat sendiri tapi dia (Muhammad)
yang telah dijadikan
salah satu utusan (Allah) telah salah memimpin kami.
8.Dan Allah berkata : Hai Muhammad, kau telah membujuk umat-Ku dan
menyebab kan mereka tidak mempercayai.
9. Dia berkata : ya Tuhanku, adalah syetan yang telah membujukku dan
sebenar nya akan selalu mengganggu anak-cucu Adam.
10. Dan Allah akan mengampuni orang-orang yang telah terbujuk dan
lalu menyesal dan dia akan memaksa dia yang telah terbujuk oleh
syetan, yang menyedihkan.
11. Dan jika Allah memerintahkan sesuatu, Dialah yang paling tahu apa
yang diperintahkan dan Dia dapat melakukan segalanya.
--- End forwarded message ---
Fwd: APAKAH ITU JUMHUR ULAMA?
1. Konsep Ijma' Fuqaha'/Ulamak
Ijma' maksudnya ialah konsensus (dipersetujui sebulat suara).
Misalnya konsensus dalam Parlimen dan enakmen itu diluluskan
sebulatsuara ahli Dewan rakyat.
Ijma' Ulama' bermaksud konsensus kesemua para mujtahid yang hidup
pada satu angkatan. Sekurang-kurangnya ia memerlukan minima dua
orang mujtahid (ulamak pakar) pada satu-satu zaman. Misalnya:
1. Ijma' ahlil Madinah (konsensus kesemua penduduk Medina)
2. Ijma' Khulafa' arrasyidin (konsensus 4 orang: Abu Bakar, Umar ,
Uthman dan Ali, kesemuanya RA)
3. Ijma' sahabat (kesemua sahabat baginda yakni konsensus)
Mujtahid ialah pakar (sekarang ialah tarafnya Professor kelulusan
phD) dan kepakaran, kewibawaan, keilmuan dan kesarjanaannya
diperakui oleh ummah seluruhnya. Untuk satu-satu period, mungkin
tidak ramai bilangannya. Mereka ini termasuk dalam kelas mujtahid
mutlak.
2. Bagaimana ijma' boleh berlaku zaman dahulu?
Ijma' berlaku di zaman silam bila soalan atau permasalahan yang sama
diajukan kepada mujtahid tersebut dan jika jawapan-jawapan mereka di
dapati sama, maka itulah ijma'; misalnya persoalan zaman dulu,
tentang wajibkan zakat yang tidak cukup nisab?
Maka orang ramai membandingkan jawapan mujtahid di Iraq, seorang
lagi di Syam, seorang lagi di Mesir, seorang lagi di Hijaz. Jika
empat mujtahid ini dianggap kepala ulamak untuk zaman itu memberi
jawapan yang sama, maka itulah ijma' ulama'.
3. Bagaimana ijma' masih boleh berlaku zaman kita?
Ini menjadi lebih mudah kerana sentiasa dianjurkan persidangan feqah
sedunia dan dihadiri oleh mujtahid terkemuka dan dibahaskan. Atau
pada masa akan datang secara video-conferencing, maka lebih mudah
lagilah. Misalnya ijtima' ulamak di Jeddah pada tahun 80'an
memutuskan ijma' ulamak mengharuskan derma darah. Juga ijma' ulamak
ke atas haramnya dadah.
Rujukan:
1. Abd Wahab Khalaf, Usyul Fiqh
2. Prof Syaikh Ali Hasan Ahmad adDary, al Fawaid al Miham
3. Imam Jalaludin asSyuyuti, al Asybah wanNaza-ir
sumber : http://www.keunggulanislam.co.uk/
--- End forwarded message ---
Fwd: ULASAN BUKU : Mengapa Saya Keluar Dari Syiah?
Judul Asal : Lillahi Tsumma Li at-Tharikh (Untuk Allah
Kemudian Untuk Sejarah)
Peristiwa di mana Ulama'-Ulama' besar Syi'ah keluar
dari aliran sesat ini memang sudah tidak asing lagi
malah ada di antara mereka yang disembelih dan
dicincang mayat mereka setelah mereka secara terbuka
bertaubat dari fahaman sesat lagi merbahaya ini.
Antara tokoh-tokoh Syi'ah yang bertaubat adalah
Ayatullah Uzhma Imam Sayid Abul Hassan al-Asfahani,
Sayid
Ahmad al-Kasrawi, al-Allamah Sayid Musa al-Musawi,
Sayid Ahmad al-Katib, Abu al-Fadhl al-Burqui dan
lain-lain lagi. Buku yang sedang diulas ini adalah
berkenaan dengan Sayid Hussain al-Musawi seorang
mujtahid dari alirang Syiah yang kemudiannya
mengumumkan secara terbuka bahawa beliau bertaubat
dari aliran sesat ar-Rafidhah ini dan beliau
mendetailkan
bukti-bukti kesesatan Syi'ah yang diambil dari
kitab-kitab muktabar mereka sendiri.
Sayid Hussain al-Musawi dilahirkan di Karbala dan
mendapat pendidikan di kota ilmu (hauzah) di Najaf.
Beliau telah lulus dengan cemerlang di situ dan
dianugerahkan derajat Ijtihad oleh tokoh besar Ulama'
Syi'ah iaitu Sayid Muhammad Hussain Ali Kasyif
al-Ghita.
Selama masa beliau mendalami kitab-kitab Syi'ah ketika
pengajian beliau selalu menjadi bingung dengan
percanggahan yang begitu banyak terdapat dalam
kitab-kitab muktabar ajaran Syi'ah. Tapi beliau cuba
menyedapkan hati beliau dengan menyatakan kepada diri
beliau sendiri sebagai seorang yang buruk pemahaman
dan sedikit ilmu. Pernah beliau melontarkan keraguan
beliau kepada salah seorang tokoh di Hauzah dan tokoh
itu hanya menjawab "jauhkanlah keraguan itu dari
dirimu,
kamu adalah pengikut Ahlul Bait AS, sedangkan ahlul
bait menerimanya (agama syiah) dari Muhammad SAW, dan
Muhammad SAW menerimanya dari Allah SWT." Beliau
merasa tenang sebentar namun perasaan berkecamuk
antara kebenaran dan kebathilan syiah sentiasa bermain
di jiwa beliau. Semakin mendalam pengajian beliau
semakin banyak permasalahan timbul dan semakin
bergelora perang batin dalam jiwa beliau. Setelah
tamat pengajian di Hauzah perang batin dalam jiwa
beliau berterusan.
Setelah lama merenung keadaan ini maka beliau
mengambil keputusan untuk melakukan kajian yang
komprehensif dan mengkaji ulang seluruh materi
pelajaran yang pernah beliau dapatkan. Beliau membaca
sebanyak mungkin referensi pegangan serta kitab-kitab
Syi'ah. Segala kebingungan atau percanggahan beliau
tuliskan dalam lembaran-lembaran kertas dan beliau
simpan semoga pada suatu hari Allah menetapkan satu
keputusan. Peristiwa al-Allamah Sayid Musa al-Musawi
dan Sayid Ahmad al-Katib dua tokoh besar Syi'ah yang
bertaubat dan kembali kepada Ahlus Sunnah Wal Jamaah
seolah-olah menjadi petunjuk bagi beliau bahawa
masanya juga sudah tiba untuk beliau mengistihar
keluar dari fahaman yang sesat ini. Beliau berpendapat
kini giliran beliau sudah tiba untuk menyatakan
kebenaran untuk menyelamatkan rakan-rakan beliau yang
telah tertipu. Bagi beliau
sebagai seorang ulama adalah tanggungjawab beliau
untuk menjelaskan kebenaran walaupun ianya sungguh
pahit untuk ditelan.
Maka Sayid Hussain al-Musawi pun mengarang sebuah buku
yang membongkar kesesatan-kesesatan Syi'ah. Yang
menariknya tentang buku ini adalah beliau menggunakan
sumber Syi'ah sendiri untuk membongkarkan konspirasi
musuh-musih Islaam untuk melemahkan Islaam dari dalam
seperti musuh dalam selimut. Antara topik menarik yang
beliau kupaskan adalah seperti berikut :
a) Abdullah Ibnu Saba' satu individu fiktif/rekaan
yang dicipta oleh Ahlu Sunnah Wal Jamaah dalam rangka
untuk memburukkan Syi'ah. benarkah begitu? Apa kata
sumber Syi'ah sendiri mengenai Abdullah Ibnu Saba.
b) Kata-kata kecaman dari kalangan Ahlul Bait sendiri
terhadap Syi'ah. Beliau telah menurunkan kata-kata
kecaman dari Saidina Ali RA, Saidatina Fathimah RA,
Al-Hassan RA, al-Hussain RA dan Imam-Imam dari
kalangan Ahlul Bait terhadap Syi'ah. Benarkah Syi'ah
ini pembela Ahlul Bayt atau mereka sebenarnya
pemusnah/penghina Ahlul Bait? Kita lihat sendiri
Riwayat-riwayat syi'ah yang menghina Rasulullah SAW
dan Ahlul Baitnya. Apakah kaitan Syi'ah di Kufah
dengan tragedi pembunuhan Saidina Hussain RA?
Kesemuanya riwayat-riwayat tentang hal ini di ambil
dari sumber syi'ah sendiri!
c) Sayid Hussain al-Musawi juga membongkarkan
bagaimana Syi'ah menghalalkan perzinaan dengan
menggunakan Nikah
Mut'ah, bagaimana perempuan diperlakukan sebagai objek
memuaskan hawa nafsu atas nama Mut'ah. Sungguh
menjijikan sekali. Yang paling menggemparkan kisah
Nikah Mut'ah Ayatollah Khomeini al-Musawi dengan
kanak-kanak bawah umur dan apakah panadangan Ulama'
syi'ah akan hal ini? Bagaimana pula melakukan adengan
Homoseks dengan kanak-kanak lelaki yang masih belum
tumbuh janggutnya dan kumisnya. Beliau juga membawa
Riwayat dari Amirul Mukminin Saidina Ali RA yang
menyatakan bahawa Mut'ah telah diharamkan pada hari
Khaibar. Semua pendedahan ini diambil dari sumber
Syi'ah sendiri!
d) Bagaimana Harta Khumus (1/5 bahagian untuk Ahlul
Bayt) telah dipergunakan untuk kemewahan Ulama'-Ulama
Syi'ah.
e) Apakah pandangan mereka tentang al-Quraan? Adakah
al-Quraan yang ada pada kita hari ini lengkap?
Wujudkah
al-Quraan yg lain selain dari apa yang kita baca hari
ini?
f) Apakah pandangan Syi'ah terhadap Ahlus Sunnah Wal
Jamaah. Siapakah yang berkata kalimah ini, "Mereka
(ASWJ) adalah orang-orang kafir yang najis berdasarkan
Ijma' ulama' Syi'ah Imamiyah. Mereka lebih jahat dari
Yahudi dan Nasrani."?
g) Pengaruh Yahudi, Majusi dan lain-lain dalam Syi'ah
h) al-Qaim (Imam Mahdi) menurut Riwayat Syi'ah yang
menyerupai watak Dajjal dan banyak lagi
perkara-perkara yang menggemparkan. Kesemuanya diambil
dari sumber rujukan Syi'ah sendiri.
Insya-Allah buku ini amat berguna sekali untuk mereka
yang telah terpengaruh dengan Mazhab Ahlul Bait /
Syi'ah di Malaysia ini dan juga untuk kita yang
mungkin akan didatangi oleh da'i-da'i Syi'ah. Syaikh
Mamduh Farhan al-Buhairi seoarang pakar tentang Aliran
syi'ah juga berkata sebagai kata Pengantar untuk buku
ini, "Ini (buku Lillahi Tsumma Li at-Tharikh) saya
kirimkan
kepada orang-orang yang masih berbaik sangka kepada
Syi'ah dan yang menuntut agar menggauli mereka dengan
baik dan lemah lembut, akibat kebodohan mereka
terhadap al-Quraan dan sunnah Nabi SAW. Semoga mereka
diberi petunjuk oleh Allah dan mempelajari Islam lebih
dalam."
Selamat Membaca.
ABU IQBAL
Fwd: Fw: Cabang-cabang kehinaan
Dan kata Sheikh Abu Hassan Al-Syazali r.a; Bermula segala sebab buta
mata hati itu dalam tiga perkara;
a.. Pertama; mengerjakan maksiat;
b.. Kedua; berbuat tashonnu' dengan taat;
c.. Ketiga; tamak pada makhluk Allah kerana bahawasanya tamak itu
asal bagi kehinaan dan sebab bagi wujudnya(kehinaan).
Berbuat Tashonnu' dengan taat bermaksud mengada-ngada dalam amal
ibadat di samping melakukannya untuk memperagakan kepada orang lain
dan mengharapkan sanjungan serta pujian manusia. Amalan dan taat yang
sebegini seumpama asap yang akan menggelapkan cermin mata seseorang.
Semakin dibuat semakin menebal asap hinggalah tertutup terus mata hati
yang asalnya cerah dan bercahaya. Biasanya orang yang tashonnu;
dengan taat ini akan berbuat banyak amal kebajikan apabila berada
dalam khalayak ramai, tetapi bila berseorangan amalan ibadatnya
tidaklah sebanyak mana.
Tamak kepada makhluk pula bermakna kasih hati dan suka kepada sesuatu
selain daripada Allah Taala. Antara contoh-contohnya seumpama berikut ;
a.. Tidak cukup dan memada dengan kadar rezeki yang telah ditetapkan
oleh Allah dengan kasih dan cenderung kepada ingin menambah lagi
rezeki wang ringgit atau harta benda yang telah sedia ada;
b.. Kasih dan suka mendapat pujian dan sanjungan manusia dengan
panggilan dan gelaran-gelaran yang tertentu seperti "Ayah Haji",
"Dato", "yang dermawan", "Tok Imam", "Tok Ayah" dan berbagai-bagai
Tok lagi serta yang lain-lain lagi
c.. Inginkan balasan pahala dan barakah hidup;
d.. Mengharapkan kedatangan nikmat syurga dengan amalan yang dikerjakan
e.. Serta berbagai-bagai keinginan dan kecenderungan hati kepada
sesuatu selain daripada Allah(MasyiwaLlah).
Dengan melihat pada buruk dan jahatnya kecenderungan hati kepada
sesuatu selain daripada Allah sebagaimana contoh-contoh di atas, maka
benarlah kata-kata di atas bahawasanya Tamak kepada makhluk itu asal
yang menjatuhkan seseorang itu ke lembah kehinaan dan yang menyebabkan
tumbuhnya kehinaan yang terjelma pada sikap dan tindakan sesesorang.
Bagi mengupas dan menjelaskan lagi hina dan buruknya perihal Tamak
ini, maka Tok Pulau Manis mendatangkan pula Kalam Hikmah Sheikh Ibnu
Athoillah yang berikutnya sebagaimana berikut;
Dan kata Sheikh r.a. (Sheikh Ibnu Athoillah As-Kanddari);
Tidak akan berkembang biak cabang kehinaan itu, melainkan di
atas bibit tamak.
Tiada panjang segala cawang kehinaan itu, melainkan daripada benih
tamak; dan tiada jadi tamak itu melainkan daripada waham.
Sesungguhnya tidak akan berkembang-biak segala cabang-cabang dan
ranting-ranting kehinaan itu, melainkan kerana terdapatnya
benih-benih tamak dalam diri seseorang hamba.
a.. Tiada kenderaan, inginkan kenderaan biarpun sekadar yang buruk;
b.. Sudah dapat yang buruk, inginkan pula yang baru;
c.. Sudah dapat yang baru, inginkan pula yang "ada class"
d.. Sudah dapat kerja yang pendapatannya cukup untuk menyara anak
isteri, inginkan pula jawatan lain yang lebih tinggi dan baik;
e.. Sudah dapat jawatan yang tinggi, teringin pula menjadi orang
nombor satu;
f.. Bagi pekerja biasa pula, tidak cukup dengan masa biasa,
ditambah lagi dengan "kerja lebih masa" atau buat "part time" di
tempat-tempat lain, sehingga sanggup tidak tidur malam tetapi sanggup
meninggalkan kuliah agama atau terus sahaja tidak sembahyang.
Demikianlah beberapa contoh sekadar menunjukkan bagaimana sifat tamak
itu membenihkan dan menumbuhkan sifat-sifat dan tindak-tanduk yang
hina. Yang jelasnya dengan sifat Tamak itu, seorang hamba yang
asalnya mulia, akan jadi hina. Yang sedar diri akan jadi lupa diri.
Mereka jadi hina dan lupa daratan kerana tidak bersifat;
a.. Sebagai seorang yang Qanaah(memadai dengan apa yang ada)
b.. Sebagai seorang hamba yang yakin kepada TuhanNya;
c.. Sebagai seorang yang percaya dengan kadar dan ketentuan yang
telah ditetapkan oleh Allah Taala;
d.. Sebagai seorang yang ragu-ragu pada janji-janji dan keterangan
Allah Taala
e.. Memada dengan Allah dalam setiap hal
f.. Bersyukur dengan kadar nikmat anugerah Allah
g.. Sebagai seorang yang redho dengan Qada' dan Qadarnya
Dengan ini tiada jadi tamak itu melainkan daripada waham kerana makna
waham itu ialah syak dan ragu-ragu dengan Qada' dan Qadar Allah serta
Kasih Sayang Allah terhadap hamba-hambaNya..
Maka barangsiapa sabit tamaknya, maka lanjutlah kehinaannya; kerana
tamak itu diisti'arahkan benih iaitu, asal. Dan kehinaan itu cawang
iaitu furu'. Maka barangsiapa tamak ia, nescaya hina ia atas sekadar
tamaknya kerana bahawasanya tamak dalam sesuatu itu hanya sanya jadi
ia daripada kasihnya. Dan barangsiapa kasih akan sesuatu, maka
jadilah ia akan hamba sesuatu. Dan hinalah baginya dengan sekadar
kasihnya dalam dalamnya.
Bila telah sah dan sabit seseorang itu dihinggapi penyakit Tamak ini,
maka akan tumbuh dan berkembang-biaklah sifat-sifat kehinaan yang
keji dan tercela seperti;
a.. rakus,
b.. hubbul dunia,
c.. kasihkan pangkat, kasihkan harta, kasihkan kemuliaan,
d.. dengki sesama manusia,
e.. khianat sesama rakan dan saudara,
f.. adu-domba,
g.. fitnah kepada yang tidak berdosa,
h.. bercakap bohong dan berbelit-belit,
i.. zalim, pemarah,
j.. kufur nikmat,
k.. tidak redha,
l.. suka menindas,
m.. dan berbagai-bagai lagi sifat-sifat yang hina lagi keji.
Hina dan kejinya sifat-sifat ini kerana ia dikaitkan dengan
sifat-sifat yang layak pada haiwan dan iblis. Dengan kerana itulah
Tok Pulau Manis mengatakan bahawa tamak itu diisti'arahkan benih
iaitu, asal. Dan kehinaan itu cawang iaitu furu'. yang bermaksud
istilah Tamak itu dipinjamkan(ditentukan maksudnya) dengan makna benih
yang menjadi asal atau punca; manakala kehinaan itu ialah sebagai
cabang-cabang dan ranting-ranting kepada Tamak.
Maka barangsiapa tamak ia, nescaya hina ia atas sekadar tamaknya
kerana bahawasanya tamak dalam sesuatu itu hanya sanya jadi ia
daripada kasihnya membawa maksud barangsiapa tamakkan sesuatu,
nescaya hinalah kedudukannya di sisi agama dan Allah. Kadar hinanya
dan jahatnya pula bergantung kepada kadar ketamakkan yang ada padanya;
a.. Tamakkan rezeki yang ada pada tangan orang lain menjadikan dia
seorang yang bersifat dengan dengki dan khianat.
b.. Tamakkan pujian dan penghargaan dari makhluk di atas sesuatu
amal atau kebajikan yang dikerjakan, menjadikan ia seorang yang suka
berlagak, bermuka-muka dan riya'.
c.. Tamakkkan kasih dan sayang dari seorang perempuan/lelaki,
menjadikan ia seorang yang sanggup menggadai maruah diri dan agama
demi kerana memuaskan nafsu cintanya.
d.. Tamaknya seorang ahli korporat yang ingin meluaskan dan
memonopolikan rangkaian perniagaan, menjadikan ia seorang yang
kapitalistik, individualistik yang sanggup melihat orang lain susah
asalkan ia senang.
e.. Tamaknya seorang pemimpin yang ingin mengekalkan kuasanya, akan
menjadikan ia seorang yang kejam seumpama seorang diktator atau
Fir'aun yang sanggup membunuh musuh-musuh politiknya.
f.. Tamaknya seorang ulama/Tok Guru yang ingin mendapatkan ramai
murid dan pengikut, menjadikan mereka seorang yang hina kerana suka
mengumpat-umpat dan mengatakan kelemahahan dan keburukan ulama-ulama
lain.
g.. Tamaknya seorang murid yang ingin mendapatkan perhatian yang
lebih dari guru, menjadikan ia seorang yang hina dengan sifat
mementingkan diri sendiri.
Pendek kata, Tamaknya seseorang itu kepada sesuatu itu terjadi dan
berkembang kerana adanya keinginan dan kasihnya ia kepada "sesuatu".
Dengan itu, di sisi kaum Sufiah, barangsiapa kasih akan sesuatu,
maka jadilah ia akan hamba sesuatu.
a.. Kasih akan harta, maka jadilah mereka hamba kepada harta
b.. Kasih akan pujian dan sanjungan manusia, maka jadilah mereka
hamba kepada manusia,
c.. Kasih akan perempuan atau lelaki yang dicintai sehingga sanggup
melakukan maksiat, maka jadilah mereka hamba kepada lelaki atau
perempuan itu.
d.. Kasih kepada pangkat dan kuasa, maka jadilah mereka hamba
kepada pangkat dan kuasa.
Demikianlah contoh-contoh kerendahan hemah dan kehinaan seorang
manusia yang kasihkan sesuatu sehingga sanggup menghambakan dirinya
kepada apa yang diingininya sebagaimana maksud keterangan Tok Pulau
Manis Dan hinalah baginya dengan sekadar kasihnya dalam dalamnya
Bersandarkan keterangan di atas, jika kita perhatikan keadaan
kehidupan manusia di sekeliling kita hari ini, maka nampak jelaslah
pada kita betapa ramainya manusia-manusia di alaf baru ini, memburu
dan mencari tuhan-tuhan lain, menyembah tuhan-tuhan lain, sedangkan
sewaktu-waktu mereka dakwakan bahawa mereka adalah orang Islam yang
tulen. Sungguh keliru dan mengelirukan!!!.
Dan adalah tamak itu lawannya bagi Hakikat Imam yang dikehendaki wujud
kemuliaan. Dan mulia itu sifat mukmin; Dan hendaklah meninggalkan
segala cita-cita mereka itu kepada Tuhan mereka itu; Dan menetapkan
hati mereka itu kepadaNya; Dan berpegang mereka itu pada Allah,
tiada kepada yang lain daripadaNya. Maka inilah segala sifat yang
mulia yang dikurniakan Allah Taala akan Dia kepada segala hambaNya
yang mukmin.
Melalui keterangan di atas, fahamlah kita bahawa lawan kepada Tamak
itu ialah Hakikat Iman. Adapun yang dimaksudkan dengan Hakikat Iman
ialah yakin dan teguh serta tetap pegangan hati kepada Qada dan Qadar
Allah. Yakin kepada kadar rezekinya, jodoh, ajal dan maut mereka.
Tidak mudah bergoyang dengan perubahan dan kerosakan yang berlaku di
sekelilingnya. Tidak akan cenderung kepada sesuatu yang bukan haknya.
Di terima sahaja apa yang telah ditentukan dan ditetapkan oleh Allah
Taala tanpa memandang dan menoleh kepada yang lain. Dengan ini,
Hakikat Iman yang dihayati oleh seorang hamba itu, akan menjadikan
mereka bersifat dengan sifat yang mulia.
a.. Dan [adalah] mulia itu sifat [bagi orang-orang]mukmin;
b.. Dan hendaklah meninggalkan segala cita-cita mereka itu kepada
Tuhan mereka itu;
c.. Dan menetapkan hati mereka itu kepadaNya;
d.. Dan berpegang mereka itu pada Allah, tiada kepada yang lain
daripadaNya.
Dengan sifat-sifat di atas, maka tidaklah lagi wujudnya sifat Tamak
dalam diri mereka. Inilah anugerah yang dikurniakan Allah Taala
kepada hamba pilihanNya yang mukmin. Carilah dan jejakilah kurnia
yang mulia ini. Hayatilah Hakikat Iman ini sebagaimana yang dihayati
oleh para Mursalin, Ambiya' dan Sholihin kerana penghayatan mereka
ini membuahkan pelbagai sifat-sifat yang mulia. Antaranya ialah Wara'
sebagaimana yang terdapat dalam keterangan berikutnya.
Dan tersebut dalam Kitab "Tanwir",
Bahawasanya Tamak itu lawannya Wara'. Dan tiadalah syak bahawasanya
Wara' yang zhohir bagi segala orang Am(Awam) itu iaitu meninggalkan
segala perkara yang syubhat.
Jika keterangan sebelum ini menyatakan lawan Tamak itu ialah Hakikat
Imam, maka keterangan berikutnya melanjutkan pula perihal Tamak ini
dari sudut yang lain pula. Dari sudut yang ini; lawannya Tamak
ialah Wara'. Sebenarnya tidaklah jauh berbeza maksud antara Hakikat
Imam dan Wara' ini dari segi tidak beringinan hati untuk berhadap
kepada yang lain selain daripada Allah. Sungguhpun demikian, Wara'
sebagaimana keterangan di atas memperincikan lagi perbezaan
penghayataannya di kalangan orang-orang awam dengan orang-orang yang
khas .
Di sisi orang-orang awam, Wara' pada mereka ialah meninggalkan
sesuatu perkara, amalan dan kepercayaan yang syubhat dengan berpegang
teguh kepada apa yang betul-betul diyakini dan diktiraf oleh hukum
syarak.
Dan hanyasanya lawannya Wara' [bagi orang] yang khas itu iaitu
kepada(di sisi) mereka itu yang mengesahkan yakin dan menyempurnakan
takluk[hati] kepada Tuhan;
a.. dan diperoleh sukun(tetap hati) kepadaNya;
b.. dan tiap-tiap hati kepadaNya;
c.. dan tiada ada baginya cenderung kepada lainNya;
d.. dan tiada berdiri kepada makhluk;
e.. dan tiada kepada kun.
Maka inilah Wara' yang lawannya Tamak yang membinasakan; dan dengan
dia(wara') membaiki tiap-tiap amal dan hal.
Berbeza dengan orang-orang yang Khas, Wara' di sisi mereka ialah
dihayati dengan mengesahkan keyakinan mereka Allah di samping
menyempurnakan takluk(tuju hati) hanya kepada Allah semata-mata.
Dengan pengesahan dan penyempurnaan ini,
a.. mereka memiliki hati yang tetap dan istiqamah hanya kepada Allah
semata-mata;
b.. tidak cenderung dan kasih kepada sesuatu selain daripada Allah
sama ada yang bangsa zhohoriyah atau bangsa batiniyah;
c.. tidak lagi bersandar dan bergantung harap kepada kuasa ,pangkat
dan kebolehan manusia dan makhluk lain;
d.. dan tidak pula menyandarkan dan bergantung kepada apa sahaja
yang masuk di bawah kejadian-kejadian Allah seperti; pahala,
karamat, syurga dan apa sahaja daripada kejadian-kejadian Allah.
Maka inilah Wara' di sisi Ahli Sufi yang meninggalkan sesuatu syubhat
yang boleh memalingkan mereka untuk berhadapan dan memandang Allah
Taala semata-mata. Wara' yang begini akan membaiki tiap-tiap amalan
dan hal-ahwal hatinya daripada sifat-sifat yang hina dan keji.
========================================================================================================================================
Sucikanlah 4 hal dengan 4 perkara :
"Wajahmu dengan linangan air mata keinsafan,
Lidahmu basah dengan berzikir kepada Penciptamu,
Hatimu takut dan gementar kepada kehebatan Rabbmu,
..dan dosa-dosa yang silam di sulami dengan taubat kepada Dzat yang
Memiliki mu."
"sampaikanlah walau satu ayat" al hadis